Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Rumput Laut, Produk Olahan Impor Banjiri Pasar

Kompas.com - 28/05/2013, 20:48 WIB
Imam Prihadiyoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPR Komisi IV, Ma'mur Hasanuddin merasa heran dengan produksi rumput laut nasional, yang duduk di urutan terbesar kedua di dunia setelah Filipina. Namun produk olahan rumput laut impor malah memenui pasar domestik.

"Kinerja KKP dalam memproduksi rumput laut memang perlu di apresiasi. Namun pemerintah mesti bekerja sama dalam meningkatkan kemampuannya ke arah industri, sehingga di pasar domestik dapat bersaing bahkan di pasar internasional," kata Ma'mur, , di Jakarta, Selasa (28/5/2013).

Produksi rumput laut tahun 2012 mencapai 5,1 juta ton. Dengan produksi sebanyak itu,  telah mampu menggeser Filipina yang berproduksi 5 juta ton. Kenyataannya Indonesia mampu memproduksi 5,2 juta ton, sehingga telah melampaui target.

Tahun ini, Ma'mur berharap kepada KKP, akan mampu memproduksi targetnya sebesar 7,5 juta ton, sehingga pada tahun 2014 akan menuju angka produksi 10 juta ton yang akan menyematkan Indonesia sebagai produsen rumput laut terbesar di dunia.

Namun, target-target yang di canangkan mesti di kondisikan dengan prubahan regulasi nasional yang mengharuskan setiap kementerian melakukan penghematan. KKP hendak mengurangi program bantuan kebun bibit rumput laut kepada masyarakat, yang berarti KKP mesti sadar akan konsekuensinya terhadap produksi rumput laut.

Sayangnya, menurut Ma'mur, besarnya produksi rumput laut, tidak di barengi kapasitas produksi rumput laut kering. Saat ini, kapasitas produksi rumput laut kering hanya 180 ribu ton dari kemampuan panen 5,2 juta ton di tahun 2012.

Masalah yang membuat Ma'mur sedih adalah di toko-toko retail waralaba telah dibanjiri produk rumput laut sejenis makanan ringan yang sangat disukai oleh anak-anak, namun makanan ini berasal dari luar seperti Thailand dan Korea. "Saya berharap, rumput laut Indonesia mampu menjadi tuan pasar sendiri di dalam negeri. Jangan sampai produksi melimpah, namun hasil olahannya dikuasai oleh negara luar," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com