Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ILO: Kesenjangan Gaji antara Bos dan Karyawan Makin Lebar

Kompas.com - 03/06/2013, 20:22 WIB
Bambang Priyo Jatmiko

Penulis

GENEVA, KOMPAS.com — Organisasi Buruh Internasional atau International Labour Organization (ILO) menyatakan, kesenjangan pendapatan antara petinggi perusahaan dan para karyawan di berbagai negara semakin menganga lebar. Selain itu, berbagai perusahaan saat ini cenderung "malas" berinvestasi, dan justru menumpuk dana tunai di rekening perusahaan.

Lembaga tersebut menyatakan, pulihnya kondisi perekonomian dari badai krisis yang terjadi sejak 2008 juga berdampak positif terhadap jumlah karyawan yang bekerja di sektor formal sehingga pengangguran berkurang.

Kendati berbagai perusahaan sudah kembali mendapatkan keuntungan, ada kecenderungan banyak perusahaan mengubah kebijakan bisnisnya. Akibatnya, investasi merosot dan kesenjangan pendapatan antara petinggi perusahaan dan karyawan semakin melebar.

Berdasarkan catatan lembaga tersebut, antara 2010 dan 2011, ketimpangan pendapatan semakin terlihat jelas di 14 negara dari total sebanyak 26 negara maju. Negara yang dimaksud antara lain Perancis, Denmark, Spanyol, dan Amerika Serikat.

ILO mencatat, banyak di antara perusahaan-perusahaan tersebut yang menikmati keuntungan dan kenaikan aset sebagaimana yang mereka peroleh sebelum krisis. Akan tetapi, hal itu disebabkan oleh rajinnya perusahaan menumpuk dana tunai ketimbang menginvestasikan kembali dana tersebut.

"Keuntungan dan aset yang besar yang diperoleh perusahaan tidak lagi bersumber dari investasi yang dilakukan," ujar Raymond Torres, Kepala Lembaga Studi Buruh Internasional ILO, Senin (3/6/2013).

"Dalam kondisi perbaikan ekonomi seperti saat ini, kami menginginkan agar perbaikan difokuskan pada penyerapan tenaga kerja lebih banyak lagi dan investasi yang produktif, yang dikombinasikan dengan proteksi sosial untuk masyarakat miskin," ujar Kepala ILO Guy-Ryder.

Berdasarkan catatan lembaga ini, pertumbuhan investasi perusahaan di negara maju semakin mengecil, dari 21,6 persen pada 2007 menjadi hanya 18,5 persen. Pada saat yang sama, dana tunai yang dipegang oleh perusahaan di kelompok negara tersebut makin besar, dari 11,8 persen dari total aset pada 2008 menjadi 12,4 persen pada 2011.

Di tataran global, perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa juga berlomba-lomba menumpuk dana tunai ketimbang menginvestasikan kembali. Total dana yang dikumpulkan kelompok perusahaan ini terus naik, dari 2,3 triliun dollar AS pada 2000, naik menjadi 5,2 triliun pada 2008, dan jumlah tersebut kembali naik menjadi 6,5 triliun dollar AS pada 2011.

Pada saat yang sama, gaji para eksekutif perusahaan juga semakin naik. Semisal di Jerman dan Hongkong, rata-rata kenaikan gaji para pucuk pimpinan perusahaan melonjak 25 persen dari 2007 ke 2011. Bahkan di Jerman, besaran gaji eksekutif 150 kali-190 kali lipat dari gaji para pekerjanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com