Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagal di Bakso, Rizka Sukses Bisnis Oleh-oleh

Kompas.com - 13/06/2013, 10:35 WIB

KOMPAS.com - Kegagalan tak menyurutkan semangat Rizka Wahyu Romadhona untuk terus menggeluti dunia usaha. Kini, setelah kembali bangkit, kesuksesan dia panen sebagai pengusaha oleh-oleh khas Bogor. Lapis Sangkuriang yang berbahan talas mencatat omzet hingga miliaran rupiah setiap bulan.

Gerai Lapis Sangkuriang yang terletak di Jalan Pajajaran, Bogor, tak pernah sepi. Hampir sepanjang waktu, pengunjung menjejali gerai yang menjual kue lapis.

Lantaran banyak orang yang memburu oleh-oleh ini, Rizka Wahyu Romadhona, pemilik Lapis Sangkuriang, menerapkan sistem antrean bagi para konsumen. Ia juga membatasi pembelian hanya tiga kotak roti bagi setiap pembeli. “Produksi kami masih terbatas,” kata lulusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Surabaya ini.

Meski terbatas, nyatanya, penjualan lapis berbahan talas, umbi yang banyak terdapat di Bogor, cukup besar. Dalam sehari, tak kurang dari 3.900 kotak Lapis Sangkuriang terjual.

Selain gerai di Jalan Pajajaran, Rizka juga membuka dua cabang lain, di Jalan Sholeh Iskandar Bogor dan Jalan Raya Puncak, Ciawi. Di luar itu, masih ada 10 resellers yang tersebar di sekitar Bogor.

Usaha Rizka patut mengundang decak kagum. Maklum, perempuan asal Surabaya tersebut belum lama ini menjalani usaha ini. Tepatnya, pada Juni 2011, ia mulai membuat kue lapis berbahan talas.

Rizka dan sang suami, Anggara Kasih Nugroho Jati, memang pasangan pebisnis. Kiprah awal mereka adalah berdagang bakso. Rizka, yang saat itu masih berstatus karyawan suatu perusahaan telekomunikasi, selalu membawa bakso dalam kantong plastik dan dijual ke teman-teman sekantor.

Rizka melepas jabatan sebagai manager di perusahaan tersebut, setelah profit penjualan baksonya menyamai gajinya. Bersama sang suami, Rizka total terjun menjadi pengusaha bakso. Selain memasok bakso ke konsumen lamanya di Jakarta, mereka juga menawarkan kemitraan gerai bakso.

Sayang, usaha itu tak berumur panjang. “Banyak mitra yang nakal, mencampur bakso kami dengan bakso lain, sehingga kualitas menurun,” tutur dia. Rizka pun menuai rugi karena banyak gerai yang tutup. Ia harus menjual mobil. Bahkan, motor operasional ditarik leasing. “Kami menunggak pembayaran angsuran rumah hingga empat bulan,” kenang dia.

Lapis dari talas

Berpijak dari keterpurukan dan kebutuhan uang yang mendesak, Rizka kembali memutar otak. Terinspirasi oleh ramainya pariwisata di Bogor,  tebersitlah idenya untuk membuat produk oleh-oleh khas Bogor.

Tak ingin mengulang pengalaman pahit saat berdagang bakso, Rizka mulai memikirkan matang-matang konsep usahanya. Selain kualitas, produknya harus mempunyai ciri khas yang lekat dengan Kota Bogor.

Ia pun teringat pada lapis surabaya yang begitu populer. “Di Bogor belum ada lapis seperti itu,” kata dia.

Lantas, Rizka meminta resep dari ibunya di Surabaya. Supaya nuansa Kota Hujan tampak, ia menggunakan talas yang berlimpah di Bogor. Ia mencoba bahan baku itu sebagai pengganti terigu. Bermodal uang Rp 500.000 dan mixer milik mertua, perempuan 29 tahun ini membuat lapis talas.

Semula Rizka menjual lapis talas itu ke tetangga, teman, arisan, serta kelompok pengajian. Namun, ia menyadari gaya pemasaran semacam itu tak bisa mendongkrak penjualan dengan cepat. Rizka pun menawarkan lapis talas ke beberapa hotel di Bogor. Sayang, usaha itu gagal.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com