Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkeu Klaim Rupiah Sudah Stabil

Kompas.com - 14/06/2013, 14:49 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan nilai tukar rupiah saat ini sudah stabil, dan pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) terus memantau perkembangan rupiah.

"Nilai tukar rupiah saat ini sudah stabil," kata Chatib saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (14/6/2013). Menurut Chatib, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah yang selama ini terjadi justru diakibatkan oleh imbas dari kondisi perekonomian global.

Bagaimanapun kondisi global tersebut juga akan tercermin dalam kondisi perekonomian di regional, tidak terkecuali di Indonesia. "Memang untuk pengaruh dari eksternal ini, saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk mempengaruhi bank sentral Amerika Serikat atau gubernur bank sentral di Eropa maupun Asia untuk membuat kebijakannya," katanya.

Namun, Chatib juga tidak menampik bahwa pelemahan rupiah dan IHSG tersebut juga disebabkan karena masalah internal. Pelaku pasar masih memandang bahwa neraca perdagangan masih defisit serta adanya beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang masih melonjak. Sentimen negatif inilah yang menyebabkan IHSG dan rupiah jeblok.

"Ini yang kita sebut sebagai twin defisit, yaitu defisit keuangan negara dan defisit anggaran. Penyelesaiannya adalah dengan menaikkan harga BBM bersubsidi," tambahnya.

Di sisi lain, pemerintah juga akan fokus menekan penyelundupan BBM bersubsidi. Sebab selama ini kondisi disparitas harga BBM bersubsidi dinilai menyebabkan masyarakat menyelundupkan BBM tersebut.

"Karena ada disparitas harga BBM dan bila semakin besar disparitas harga BBM itu, maka penyelundupan itu membuat masyarakat yang menyelundupkan makin untung. Jika kita naikkan harga BBM, maka disparitas harga BBM tersebut akan turun dan penyelundupan bisa dikurangi," katanya.

Chatib berharap dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, hal itu akan mengurangi impor minyak dan gas yang selama ini telah menyebabkan neraca perdagangan defisit. Jika neraca perdagangan dan neraca anggaran membaik, maka tekanan terhadap rupiah juga akan menurun.

Oleh karena itulah, BI telah menaikkan suku bunga acuan BI (BI rate) dan deposit facility rate (Fasbi) masing-masing sebesar 25 bps ke 6 persen dan 4,25 persen untuk mengantisipasi rupiah yang melemah.

Namun berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah hari ini diperdagangkan di level Rp 9.886 per dollar AS, menguat tipis dibanding dengan perdagangan kemarin di level Rp 9.887 per dollar AS. Padahal awal pekan ini masih di level Rp 9.806 per dollar AS. Artinya, sepekan ini, rupiah melemah 0,8 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com