Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Atas yang Minum, di Bawah yang Mabuk

Kompas.com - 17/06/2013, 13:38 WIB

Oleh Rhenald Kasali (@Rhenald_Kasali)

Teka-teki yang hampir punah, minggu-minggu ini hidup kembali. Bukan tebak manggis, tetapi harga BBM: Kebanyakan orang memilih tidak naik. Maklum, sudah dua kali mereka tertipu.

Maka, semua orang mencari "clue" dari "gesture" pengambil keputusan. Hari Senin (10/6/2013) minggu lalu misalnya, sepulang dari Istana Negara saya dimintakan laporan. Yang saya lihat pagi itu senyum bapak presiden tak mengembang. Dihadapan para penerima piala Adipura dan Kalpataru, presiden bercerita, pukul 3 dini hari ia terbangun menyaksikan siaran televisi asing yang memberitakan pembalakan liar di Indonesia.

Saya tak tahu persis mengapa senyum SBY tak mengembang. Tetapi beberapa hari itu kita mendengar nilai rupiah mulai menembus batas psikologis Rp 10.000. Sementara koalisinya malah menebar spanduk yang menunjukkan bahwa pemerintahan SBY tidak pro rakyat. Dan salah satunya ada di jajaran mentri yang pagi itu ada di ruangan itu. Hanya saja sebelum presiden tiba mereka terlihat mesra.

Seorang pemangku adat penerima Kalpataru tersenyum. "Lihat itu orang PKS berpelukan dengan Demokrat,” ujarnya. Yang lain menjawab, “Kok berbeda dengan yang terlihat di TV." ujarnya.

Komunikasi politik yang dibangun sepertinya adalah soal kecil yang dikesankan besar. Bensin untuk orang kaya yang akan diturunkan subsidinya dikesankan bakal naik “jutaan” rupiah. Padahal, harga sebungkus rokok sudah dua kali lebih mahal dari harga seliter bensin dan praktis semua barang sudah naik sebelum harga BBM resmi naik. Ada kecenderungan politik hanya saling mengunci.

Seorang tokoh adat lainnya berujar. “Kalian pengecut. Baru naik seribu limaratus perak saja sudah sakit perut. Di Papua kami harus beli bensin Rp 28.000,  tak pernah mengeluh. Gara-gara ribut politik, rakyat saling mengasah parang."

Di Bali, saudara-saudara saya menuliskan pepatah yang kini sering diucapkan para pemangku adat: Anak beduwur minum, irage beten punyah (Yang duduk di atas yang minum, rakyat di bawah yang mabuk).

Saya cuma bisa mengatakan, tak ada bangsa yang bisa berubah menjadi besar selain yang: bersatu, dan bersedia melewati masa-masa sulit bersama. Sedangkan yang kalah hanyalah bangsa yang selalu mempersoalkan identitasnya, saling mengunci dan takut bertarung menghadapi kesulitan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com