Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APBN-P 2013, Pendapatan Turun Rp 27,7 T, Belanja Bengkak Rp 43,2 T

Kompas.com - 19/06/2013, 04:34 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Target pendapatan negara dalam APBN-P 2013 ternyata turun dibandingkan APBN 2013. Sebaliknya, belanja negara bengkak. Perkiraan penambahan belanja negara hampir dua kali penurunan target pendapatan.

Dalam postur APBN-P 2013, pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp 1.502 triliun. Nilai ini turun Rp 27,7 triliun dari target APBN 2013 sebesar Rp 1.529,7 triliun.

Siaran pers Kementerian Keuangan, Selasa (18/6/2013), menyebutkan, penurunan pendapatan negara itu disebabkan turunnya proyeksi penerimaan perpajakan senilai Rp 1.148,4 triliun dari target Rp 1.193,0 triliun. Namun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) diperkirakan meningkat Rp 17 triliun mejadi Rp 349,2 triliun dibandingkan target APBN 2013 sebesar Rp 332,2 triliun.

Sementara itu, belanja negara diperkirakan mencapai Rp 1.726,2 triliun atau naik Rp 43,2 triliun dari pagu APBN 2013 Rp 1.683 triliun. Pembengkakan belanja tersebut berasal dari perubahan anggaran belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Belanja pemerintah pusat diperkirakan mencapai Rp 1.196,8 triliun meningkat Rp 42,4 triliun dan transfer daerah meningkat Rp 0,7 triliun menjadi Rp 529,4 triliun.

Defisit dan inflasi melejit, nilai tukar anjlok

Sedangkan defisit anggaran diperkirakan mencapai Rp 224,2 triliun, sekitar 2,3 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB). Angka defisit ini melonjak dari target semula dalam APBN 2013, yang memperkirakan defisit di kisaran 1,65 persen PDB.

Pengesahan APBN-P 2013 juga merombak asumsi makro yang sebelumnya dipatok dalam APBN 2013. Untuk APBN-P 2013, pertumbuhan inflasi dipatok 6,3 persen, inflasi 7,2 persen, nilai tukar rupiah Rp 9.600 per dollar AS, dengan suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan sebesar 5 persen, harga minyak 108 dollar AS per barrel, lifting minyak 840.000 barrel per hari, dan lifting gas 1.240.000 barrel setara minyak per hari.

Perubahan asumsi makro ini telah disepakati DPR bersama Pemerintah pada akhir Mei 2013, sebelum pengesahan RAPBN-P 2013. Sebelumnya, APBN 2013 mematok target pertumbuhan ekonomi 6,8 persen, inflasi 4,9 persen, nilai tukar rupiah Rp 9.300 per dollar AS, suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5 persen, harga minyak 98 dollar AS per barrel, lifting minyak 900.000 barrel per hari, dan lifting gas 1,36 juta barrel setara minyak per hari.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com