Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Kuat Presiden

Kompas.com - 19/06/2013, 07:41 WIB

KOMPAS.com -  Kewenangan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi sejatinya ada di tangan presiden sejak awal tahun 2013. Namun ternyata itu tidak cukup. Presiden butuh ”obat kuat” untuk bisa melakukannya.

Pasal 8 Ayat 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2013 memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi. Namun setelah lima bulan berjalan, presiden tidak menggunakan kewenangan itu.

Padahal, dari sisi momentum, kenaikan harga BBM bersubsidi paling tepat justru di saat itu, manakala inflasi cenderung lebih rendah dibandingkan misalnya Juli-Agustus. Toh presiden memiliki pemikiran dan kepentingan lain.

Presiden berketetapan bahwa kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi hanya akan diambil kalau ada program kompensasi untuk rakyat miskin. Kepastian adanya dana kompensasi menjadi prasyarat bagi presiden untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Inilah obat kuat yang diperlukan.

Pertanyaannya, kenapa program kompensasi tidak dialokasikan pada APBN Tahun 2013 agar eksekusinya bisa di awal tahun sehingga rakyat miskin tidak terpukul? Namun nasi sudah menjadi bubur.

Singkat kata, pemerintah baru mengusulkan program kompensasi pada Rancangan APBN-P Tahun 2013. Maka dengan disahkannya rancangan itu pada Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Senin (17/6/2013) pukul 22.15 WIB, presiden tentunya lega.

”Obat kuat” itu sudah di tangan. Ada lima varian program dengan alokasi dana Rp 30 triliun. Salah satunya adalah program bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) sebesar Rp 9,3 triliun untuk 15,5 juta rumah tangga miskin.

Harga Premium akan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter. Solar akan naik dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 5.500 per liter. Begitu harga BBM bersubsidi naik, inflasi pasti naik karena selain faktor kenaikan harga BBM bersubsidi, ada dua variabel pemicu inflasi lainnya yang datang pada waktu bersamaan; kegiatan masyarakat pada bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru.

Mengacu perhitungan Bank Indonesia (BI), inflasi akan melambung di atas 8 persen. BI melalui bauran kebijakannya yakin mampu menurunkan inflasi sampai 7,76 persen. Pemerintah optimistis bisa menekan inflasi ke 7,2 persen.

Setiap momentum kenaikan harga BBM bersubsidi maupun penyaluran kompensasi, selalu saja potensial dikapitalisasi untuk kepentingan politik jangka pendek. Apalagi Pemilihan Umum 2014 kian dekat. Jika potensi ini mewujud, anggap saja angin yang berembus.

Harga BBM memang seyogianya naik. Ini demi masa depan yang lebih baik setelah penguasa melakukan blunder pada tahun 2009, yakni menurunkan harga BBM bersubsidi. Yang jelas, presiden sudah punya program kompensasi. Jadi tunggu apa lagi. (FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

    Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

    Whats New
    Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

    Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

    Whats New
    BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

    BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

    Whats New
    Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Work Smart
    Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

    Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

    Whats New
    Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

    Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

    Work Smart
    Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

    Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

    Whats New
    Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

    Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

    Whats New
    Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

    Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

    Whats New
    Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

    Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

    Whats New
    Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

    Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

    Whats New
    Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

    Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

    Whats New
    Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

    Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

    Whats New
    Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

    Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

    Whats New
    Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

    Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com