Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apindo: Buruh Minta Upah Naik 50 Persen, Kerja di Luar Negeri Saja!

Kompas.com - 24/06/2013, 19:16 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyatakan, pelaku usaha menolak tuntutan buruh untuk menaikkan upah hingga 50 persen pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Sofjan mengatakan, kenaikan upah minimum provinsi (UMP) tidak menjamin dapat meningkatkan produktivitas para pekerja.

"Ini menjadi indikasi dan menjadi pertanyaan para pengusaha. Buruh itu hanya menuntut, tapi tidak memperbaiki tugas dan pribadi mereka," kata Sofjan di Gedung Permata, Kuningan, Jakarta, Senin (24/6/2013).

Menurut Sofjan, lebih baik para pengusaha menambah mesin dan peralatan canggih lainnya daripada menambah jumlah buruh ataupun terus menuruti tuntutan buruh. Pasalnya, dari pengalaman, upah yang diberikan pengusaha tak sebanding dengan pekerjaan yang dihasilkan untuk perusahaan.

Terkait tuntutan buruh untuk meningkatkan 50 persen upah, ia mengatakan akan mendiskusikan terlebih dahulu dengan Dewan Pengupahan dan lembaga tripartit. Mereka baru akan memutuskannya tahun depan, dan di tahun ini, Apindo akan terus mengumpulkan data dan melakukan survei lebih lanjut.

Di samping itu, tuntutan kenaikan hingga 50 persen dirasa sangat berlebihan. "Tidak mungkin naik sampai 50 persen. Kalau begitu lebih baik kalian cari kerja saja ke luar negeri. Tahun depan, inflasi kita 7,2 persen. Mungkin kenaikan upah sedikit di atas itu," ujar Sofjan.

Salah satu contoh buruh yang menuntut kenaikan upah pascakenaikan harga BBM bersubsidi ialah buruh yang bekerja di kawasan Bekasi.

Beberapa waktu lalu, ribuan buruh mendatangi Kantor Bupati Bekasi untuk menuntut kenaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK) hingga 50 persen.

Para buruh juga menggelar demonstrasi di kawasan industri EJIP dan melakukan sweeping di sejumlah pabrik. Sebelumnya, pemerintah telah resmi menaikkan harga BBM bersubsidi. Harga premium naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter dan solar naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com