Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekanan Terhadap Rupiah Bakal Berlanjut

Kompas.com - 25/06/2013, 08:15 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -Menteri Keuangan M Chatib Basri, Senin (24/6/2013) di Jakarta, mengatakan, tekanan terhadap rupiah masih akan berlanjut. Pemerintah dan Bank Indonesia serta pemangku kepentingan lainnya akan terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan sehingga masyarakat tidak perlu panik.

Tekanan terhadap rupiah, menurut Chatib, juga terjadi pada pasar uang secara umum, baik di Indonesia maupun di negara lain. Hal itu disebabkan The Fed, bank sentral Amerika Serikat, menarik likuiditas dengan mengurangi quantitative easing yang berdampak di seluruh dunia.

Sejak minggu lalu, kata Chatib, forum pemerintah dan BI sudah berkoordinasi. Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan bertemu membuat persiapan.

”Tentu kalau berhubungan dengan finansial, saya enggak bisa bilang langkah-langkahnya apa saja. Karena, kalau dikasih tahu langkahnya, besok orang nunggu di pasar. Jadi yang bisa saya sampaikan adalah kita sudah siapkan langkahnya. Namun, memang tekanan pada rupiah di pasar uang masih akan terjadi. Jadi jangan terlalu panik,” kata Chatib.

Beberapa langkah antisipasi, ujar Chatib, sudah mulai dijalankan. Meski demikian, jangan berharap tiba-tiba rupiah menguat. Alasannya, pengetatan likuiditas global sebagai faktor penyebab masih akan terjadi sampai beberapa waktu ke depan.

Kenaikan harga eceran bahan bakar minyak bersubsidi, Chatib menambahkan, dipastikan memperbaiki neraca perdagangan. Namun, hal itu tidak bisa langsung memperkuat rupiah karena persoalannya akan terjadi pada neraca modal akibat pengetatan likuiditas global.

”Kalau modal yang keluar di neraca modal lebih besar daripada yang masuk di neraca perdagangan, neraca pembayaran defisit. Ini menyebabkan rupiah tertekan,” ujarnya.

Berdasarkan kurs referensi (Jisdor) Bank Indonesia, nilai rupiah, Senin, menguat 29 poin ke level Rp 9.931 per dollar AS dari posisi pekan lalu Rp 9.960 per dollar AS. Di pasar spot, rupiah juga menguat tipis 2 poin pada Rp 9.923 per dollar AS dari posisi penutupan pekan lalu.

Namun, pelemahan terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks terkoreksi 86 poin (1,9 persen) ke level 4.429 setelah sempat bergerak pada 4.429-4.561. Dari total transaksi, investor asing melakukan jual bersih Rp 681,1 miliar.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah naik tipis, tetapi masih dalam tren pelemahan. Ini terkait penguatan dollar AS secara global seiring dengan rencana pengurangan stimulus oleh Bank Sentral AS.

”Belum lagi imbas pelemahan yen Jepang dan yuan China yang dipicu rilis awal data manufaktur China yang melambat dan kenaikan tajam tingkat suku bunga antarbank di Shanghai yang memicu krisis likuiditas perbankan,” kata Reza, Senin (24/6/2013) di Jakarta. (BEN/LAS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

    Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

    Whats New
    OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

    OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

    Rilis
    Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

    Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

    Whats New
    Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

    Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

    Work Smart
    INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

    INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

    Whats New
    Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

    Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

    Whats New
    Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

    Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

    Whats New
    Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

    Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

    Whats New
    Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

    Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

    Whats New
    Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

    Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

    Whats New
    Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

    Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

    Whats New
    Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

    Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

    Whats New
    IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

    IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

    Whats New
    Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

    Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

    Whats New
    Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

    Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com