Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Pembelian Inalum Jalan di Tempat

Kompas.com - 08/07/2013, 13:40 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga bulan menjelang masa tenggat waktu pembelian Indonesia PT Asahan Aluminium (Inalum), pemerintah tidak kunjung selesai dalam proses perundingan harga pembelian Inalum dengan pihak Nippon Asahan Aluminium (NAA).

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan pemerintah akan kembali rapat koordinasi pada 10 Juli ini untuk merespon pertemuan seminggu sebelumnya. Rapat akan intensif seminggu sekali untuk membicarakan masalah negoisasi harga pembelian Inalum tersebut.

"Masalahnya ada dua, yaitu perbedaan angka revaluasi aset dan faktor audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)," kata Hidayat saat ditemui di kantor Kementerian Perekonomian Jakarta, Senin (8/7/2013).

Hidayat menambahkan, pihak Jepang menginginkan harga pembelian Inalum adalah hasil kesepakatan setelah revaluasi harga buku pada 1998. Sementara itu, Indonesia berpegang pada harga sebelum revaluasi pada 1998.

Saat ini, pemerintah sudah menyiapkan dana hingga Rp 7 triliun. Namun, dengan masalah yang ada, Hidayat mengaku ada selisih sekitar 140 juta dollar AS (sekitar Rp 1,4 triliun) untuk mengambil alih Inalum dari tangan Jepang.

Jepang menginginkan harga lebih mahal dari setelah kesepakatan tahun 1998. "Nanti ada juga angka tersendiri dari BPKP dan akan kami mintakan ke mereka untuk melakukan adjusment itu," jelasnya.

Hidayat menegaskan, memang cara melihat revaluasi aset Inalum ini berbeda dari sudut pandang masing-masing negara. Sebab, kerjasama ini memang sudah berlangsung selama 30 tahun dan setiap tahun selalu ada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Pihak Indonesia tetap bersikukuh memakai angka sebelum revaluasi aset dan pihaknya optimis bisa rampung sebelum 31 Oktober 2013. "Kita tetap ingin seluruh aset kembali ke Indonesia dan most likely Inalum yang digunakan sebagai vehicle," tambahnya.

Sebelumnya pemerintah menargetkan pada 1 November 2013, 100 persen saham Inalum sudah dikuasai Indonesia. Setelah itu, pemerintah akan merombak struktur manajemen PT Inalum dengan diisi putra putri Indonesia.

Di samping itu, ia menjamin dengan kepemilikan saham sebesar 100 persen, pihak Jepang tak akan lagi menempati posisi strategis, bahkan tak memiliki jabatan lagi di perusahaan tersebut. Kendati demikian, MS Hidayat enggan mengungkapkan siapa yang akan mengelola PT Inalum. Saat ini, pemerintah masih fokus untuk mengambil alih 100 persen saham PT Inalum.

"Dengan struktur yang baru nanti, 10-20 tahun ke depan, saya yakin Sumatra akan menjadi industri alumunium yang terpandang," kata MS Hidayat.

Sekedar informasi, Inalum adalah perusahaan aluminium smelter, hasil kerja sama Indonesia dengan NAA yang berdiri sejak 1975. Saat ini, pemerintah Indonesia menguasai sekitar 41,13 persen saham Inalum. Sebagian besar, yakni 58,87 persen saham dimiliki NAA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Whats New
Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com