Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Sembako Melonjak, Untung Bagi Tengkulak

Kompas.com - 14/07/2013, 09:49 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga sembilan bahan pokok (sembako) yang melonjak saat memasuki bulan Ramadhan ini belum memberi keuntungan signifikan bagi petani atau peternak. Hanya tengkulak yang memeroleh keuntungan atas kenaikan harga sembako.

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, kenaikan harga sembako tersebut diakibatkan oleh sistem transportasi yang buruk dari tempat petani atau peternak berada. Sehingga, meski harga sembako diperoleh murah dari petani atau peternak, namun harga akan melonjak ketika terdistribusi ke pasar-pasar. 

"Akibat tidak ada transportasi dari desa ke kota, maka tengkulak dan mafia akan memanfaatkan untuk ambil keuntungan," kata Djoko kepada Kompas.com di Jakarta, Minggu (14/7/2013).

Saat ini, harga cabai rawit bisa melonjak hingga Rp 120.000 per kg di pasar. Padahal harga di tingkat petani masih Rp 20.000 per kg. Begitu juga dengan harga daging sapi yang sudah melampaui Rp 105.000 per kg, padahal di peternak cuma Rp 30.000 per kg. Djoko menilai pemerintah terlalu melepas mekanisme transportasi dan logistik ke pasar.

Padahal pemerintah harus mengatur sistem transportasi tersebut, khususnya untuk mengangkut bahan pangan penting yang biasanya bisa menyebabkan inflasi yang tinggi bila stok kurang atau harga melonjak.

"Petani dan peternak tidak mendapat keuntungan besar dengan kenaikan harga pangan saat ini. Justru mafia atau tengkulak yang diuntungkan," tambahnya.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, pemerintah pusat atau pemerintah daerah harus segera menyediakan transportasi pedesaan untuk mengangkut sembako atau produk pangan yang penting lainnya.

"Tapi karena kepala daerahnya malas, tahunya hanya bangun jalan desa yang mulus, tapi tidak menyediakan transportasi desa yang murah. Pengelolaan sistem transportasi yang buruk hanya akan menyebabkan harga komoditas dengan mudah dipermainkan mafia," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com