Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanjung Priok Semrawut, Pengusaha Angkutan Rugi Rp 9 Miliar per Hari

Kompas.com - 25/07/2013, 17:49 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Makin semerawutnya Pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan kemacetan tak dapat terhindarkan lagi. Akibatnya ditaksir kerugian yang diderita mencapai Rp 9 miliar per harinya.

Pengurus Komite Tetap Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Gemilang Taringan menjelaskan, terdapat sekitar 18.000 truk yang hilir mudik di Pelabuhan Tanjung Priok. Untuk satu truknya, dalam sekali mengangkut barang bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 1 juta.

"Dari satu truk bisa menghasilkan Rp 1 juta per harinya, sekarang karena macet produksinya hanya setengah rit, jadi dari situ pendapatan sudah jauh berkurang," terangnya di Kantor Organda, Jakarta, Kamis (25/7/2013).

Salah satu penyebab kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok adalah makin naiknya okupansi pelabuhan (yard occupancy ratio/YOR), yang mencerminkan jumlah luas lahan dibandingkan dengan kontener yang ditumpuk.

"YOR sudah di atas 100 persen, tumpukan sudah masuk ke tumpukan ke enam dan tujuh. Jadi aktifitas jadi slow down," kata Tarigan.

Dia menjelaskan, truk yang memasuki Pelabuhan Tanjung Priok, dapat hampir dipastikan tidak akan bisa keluar dengan cepat, lantaran semerawutnya aktifitas bongkar muat dan pengambilan barang di peti kemas yang dapat memakan waktu lama.

Ia mencontohkan truk-truk yang masuk ke dalam pelabuhan pada pukul 17.00, baru bisa keluar paling tidak pukul 03.00. Padahal tidak ada kenaikan volume bongkar muat yang berarti dibandingkan tahun lalu.

"Kenaikan volume bongkar muat meningkat hanya dua persen dari tahun lalu. Seharusnya ini tidak berdampak sangat signifikan seperti ini," ujar Tarigan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com