Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengerem Laju Urbanisasi

Kompas.com - 13/08/2013, 09:05 WIB
Cyprianus Anto Saptowalyono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Seperti tahun-tahun sebelumnya, isu urbanisasi selalu mengemuka seiring dengan arus balik pemudik setelah Lebaran menuju Jakarta dan kota sekitarnya. Tak terbantahkan, wilayah sekitar Metropolitan seolah magnet yang kuat menarik warga daerah mencari peruntungan.

Sesuatu yang tidak berlebihan ketika faktanya di Jakarta dan kota sekitarnya bertebaran pusat-pusat kegiatan ekonomi, termasuk konsentrasi kawasan industri. Adalah hal yang jamak ketika warga yang merasa daerahnya tidak memberi jaminan kemudian memilih hijrah untuk berikhtiar mencari nafkah.

Data hasil survei 2013 Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin), ada 74 kawasan industri di Indonesia dengan luas total 30.038,35 hektar (ha). Sebanyak 55 kawasan industri dengan luas 22.795,9 ha atau 75,88 persen dari total luas kawasan industri di Indonesia tersebut berada di Pulau Jawa.

Apabila dirinci lagi, penyebaran kawasan industri tersebut terkonsentrasi di Jawa Barat yakni sebanyak 23 kawasan dengan luas 11.881 ha. Disusul Banten dengan 16 kawasan industri seluas 6.195,30 ha. Apabila ditambah dengan tiga kawasan industri di DKI Jakarta seluas 1.089,60 ha, makin banyaklah pusat aktivitas ekonomi di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi yang dilirik warga dari daerah.

Kenaikan upah minimum tahun 2013 di DKI Jakarta dan sekitarnya hingga kisaran 40 persen, sebenarnya mulai ikut membantu penyebaran kawasan industri dari sekitar Jakarta ke daerah. Kalangan pengusaha khususnya dari industri yang padat karya menilai upah ini terlalu tinggi dan sangat memberatkan. Mereka berniat memindahkan industri mereka terutama ke Jawa Tengah.

Pengembangan kawasan industri di Jawa Barat oleh Kemenperin diarahkan untuk fokus pada industri permesinan dan teknologi tinggi. Adapun kawasan di Banten diprioritaskan pada industri kimia dan besi baja.

Kawasan industri di Jawa Timur difokuskan pada industri petrokimia dan industri penunjang minyak dan gas bumi. Adapun fokus pengembangan kawasan industri di Jawa Tengah adalah pada industri padat karya seperti tekstil dan sepatu.

Sementara itu pengembangan kawasan industri di luar Jawa diarahkan pada industri dengan basis sumber daya alam dan pengolahan mineral. Langkah tersebut dibarengi dengan pemanfaatan strategisnya lokasi geografi setempat.

Langkah penyebaran kawasan industri agar tidak semata terkumpul di Jawa, khususnya Jabodetabek, patut diapresiasi. Ke depan, langkah tersebut akan turut berperan dalam meredam laju perpindahan penduduk ke Jabodetabek yang sudah demikian padat penduduknya.

Kawasan industri berkontribusi terhadap ekspor yang diestimasi mencapai 52 miliar dollar AS per tahun, mendorong investasi dengan estimasi nilai Rp 29,9 triliun untuk penanaman modal dalam negeri serta 7,06 miliar dollar AS untuk penanaman modal asing. Selain itu, Kemenperin pun mengestimasi penerimaan negara dari kawasan industri mencapai 938 juta dollar AS yang terdiri dari pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai, dan pajak penghasilan.

Terbangunnya pusat-pusat kegiatan ekonomi di daerah, termasuk kawasan industri, akan memberi pengaruh berganda. Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, kawasan industri dapat pula mengerem laju urbanisasi. Adalah tugas pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan menentukan jenis industri andalan di tiap daerah. Sejauh manfaat sebesar-besarnya adalah untuk rakyat, program tersebut tentu akan diterima masyarakat. (C Anto Saptowalyono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com