Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Kebijakan Ekonomi Indonesia Terlalu Reaktif

Kompas.com - 19/08/2013, 16:48 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Managing Director Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah harus segera membuat kepastian mengenai kebijakan perekonomian Indonesia ke depan. 

Ia menilai, selama ini kebijakan yang ditempuh bersifat reaktif terhadap gejolak yang terjadi. Jika hal ini terus terjadi, maka gejolak yang terjadi di dalam negeri tidak akan tuntas segera. Malah kondisi fundamental ekonomi dalam negeri akan terus terpuruk dan akhirnya akan mengganggu perekonomian Tanah Air.

"Market ingin suatu jangkar kepastian dari sisi arah (kebijakan ekonomi ke depan). Jadi sifatnya jangan reaktif, tapi lebih ke medium dan long term policy," kata Sri Mulyani saat diskusi di 2nd Congress of Indonesian Diaspora di Jakarta Convention Center, Senin (19/8/2013).

Mantan Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Bersatu jilid pertama ini menyebut gejolak perekonomian dalam negeri baik pelemahan nilai tukar rupiah maupun penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa dilihat dari indikator yang dipicu sentimen dari eksternal ataupun dari fundamental dalam negeri.

Khusus dari sentimen eksternal ini, pemerintah seharusnya bisa mengatasi dengan kejelasan arah kebijakan baik dari otoritas fiskal maupun moneter, baik kejelasan perintah dari Menteri Perekonomian hingga ke Presiden sekalipun. Namun, bila dari sisi fundamental, Sri berpesan bahwa pemerintah harus segera memperbaiki kondisi neraca pembayaran, kondisi fiskal, ketahanan moneter, hingga stabilitas sektor keuangan.

"Pemerintah juga harus menjelaskan apakah kondisi fundamental itu bisa terjaga dengan baik. Dari sisi sektor keuangan baik dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bursa Efek Indonesia apakah sudah bisa menjelaskan bahwa kondisinya stabil," tambahnya.

Dari pandangan kedua otoritas ini, Sri berpendapat, pemerintah juga harus mengombinasikan kebijakan antara moneter dan fiskal. Sementara dari sisi fundamental (baik dari neraca perdagangan maupun neraca pembayaran), pemerintah bisa mengejawantahkan dengan perlu atau tidaknya pengaturan kembali kebijakan yang ada.

"Ini sebenarnya yang perlu ditangani secara hati-hati karena reaksi yang diinginkan sebetulnya bukan lebih banyak meningkatkan defisit atau reaksi lebih banyak dari sisi kebijakan moneter yang ekspansif atau terlalu restriktif," jelasnya.

Sekadar catatan, kondisi fundamental Indonesia saat ini memang sedang melemah, baik dari sisi nilai tukar, IHSG, inflasi, maupun kondisi fiskal APBN tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Bela Warung Madura, Menteri Teten: Jangan Sampai Tersisih oleh Ritel Modern

Bela Warung Madura, Menteri Teten: Jangan Sampai Tersisih oleh Ritel Modern

Whats New
Info Lengkap Mata Uang Riyal ke Rupiah

Info Lengkap Mata Uang Riyal ke Rupiah

Whats New
Hindari Macet Demo Buruh 1 Mei, KAI Ubah Operasional 12 Kereta Api

Hindari Macet Demo Buruh 1 Mei, KAI Ubah Operasional 12 Kereta Api

Whats New
Mengenal Mata Uang Israel dan Nilai Tukarnya ke Rupiah

Mengenal Mata Uang Israel dan Nilai Tukarnya ke Rupiah

Whats New
Duduk Perkara soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Berawal dari Keluhan Minimarket

Duduk Perkara soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Berawal dari Keluhan Minimarket

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 1 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 1 Mei 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 1 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 1 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
7 Bandara Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 50 Penerbangan Terdampak

7 Bandara Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 50 Penerbangan Terdampak

Whats New
Harga Bahan Pokok Rabu 1 Mei 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Rabu 1 Mei 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Emiten Kendaraan Listrik VKTR Catat Pendapatan Bersih Rp 205 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Kendaraan Listrik VKTR Catat Pendapatan Bersih Rp 205 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com