Pengamat Destry Damayanti mengatakan, sektor industri yang mempunyai ketergantungan impor tinggi akan sangat terasa akibatnya melemahnya rupiah karena kecenderungan impor bahan baku yang tinggi dan mempunyai pasar domestik.
"Pastinya itu akan memukul ketergantungan bahan impor yang tinggi," ujarnya saat dihubungi, Rabu (21/8/2013).
Destry menambahkan, merosotnya rupiah salah satunya katena adanya keterbatasan suplai dollar AS, terlebih mengingat kebutuhan dollar di Indonesia masih cukup tinggi. "Membayar kan, juga membutuhkan dollar. Jadi intinya kita harus slow down dulu bisnia kita," terangnya.
Akan tetapi ada sektor industri yang tidak begitu terkena dampak merosotnya rupiah. Seperti sektor tekstil. Destry menuturkan sektor ini memang mempunyai komponen impor yang tinggi, mencapai 80 sampai 90 persen, akan tetapi industri tekstil cukup tertolong dengan tingkat ekspor yang juga tinggi.
Nilai tukar rupiah di pasar spot Rabu pagi kemarin, nyaris menembus Rp 11.000. Rupiah berada di posisi Rp 10.959 per dollar AS. Nilai tukar rupiah pagi ini sudah melemah 2,1 persen jika dibandingkan posisi rupiah kemarin di posisi Rp 10.753 per dollar AS.
Dalam tiga bulan belakangan ini, rupiah sudah melemah sebesar 10,9 persen. Pelemahan rupiah terjadi karena munculnya spekulasi atas keputusan pembatasan stimulus moneter di Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat. Selain itu, pelemahan rupiah terjadinya akibat defisit neraca perdagangan Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.