Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Turun untuk Ketiga Hari Berturut-turut

Kompas.com - 22/08/2013, 08:13 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak dunia jatuh pada Rabu (21/8/2013) waktu setempat, (Kamis pagi WIB) untuk hari ketiga berturut-turut, karena pasar global terpaku pada waktu untuk Federal Reserve menarik kembali program stimulusnya.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun 1,26 dollar AS menjadi ditutup pada 103,85 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Patokan Eropa, minyak berjangka Brent untuk pengiriman Oktober, turun 34 sen menjadi menetap 109,81 dollar AS per barel di perdagangan London.

The Fed pada Rabu merilis risalah dari pertemuan kebijakan moneter terakhir (30-31 Juli).

Pasar minyak telah mengikuti dengan cermat perdebatan Fed tentang kapan penarikan kembali program pembelian obligasinya 85 miliar dollar AS per bulan.

Salah satu kekhawatirannya adalah bahwa pergeseran itu akan memukul permintaan minyak di negara-negara berkembang utama seperti India, di mana rupee telah jatuh tajam terhadap dollar AS dalam beberapa minggu terakhir.

Secara lebih umum, dollar yang kuat melemahkan harga minyak mentah karena diperdagangkan dalam dolar dan menjadi lebih mahal di negara non-dolar ketika dolar naik.

Risalah dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) 30-31 Juli menunjukkan para pejabat bank sentral terpecah tajam tentang kapan saat penarikan kembali program stimulusnya mengingat pandangan yang kontras dengan kekuatan pemulihan ekonomi AS.

"Risalah the Fed sesuai dengan harapan," kata Andy Lebow, wakil presiden di Jefferies Bache di New York.

Para analis mengatakan laporan mingguan persediaan minyak AS tidak signifikan mempengaruhi pasar. Laporan itu mengatakan persediaan minyak AS turun 1,4 juta barel dibandingkan dengan 1,3 juta yang diperkirakan survei Dow Jones Newswires.

Penurunan harga terjadi pada Rabu meskipun ada beberapa tanda-tanda baru gangguan pasokan.  National Oil Company, Libya, menyatakan "force majeure" pada terminal ekspor utamanya menyusul perselisihan perburuhan, sementara saluran pipa minyak di Irak rusak karena serangan terkoordinasi di tengah konflik sektarian.

"Gangguan internasional pada akhirnya dapat menyebabkan dukungan terhadap keseluruhan pasar minyak mentah," kata Lebow.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com