Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah, Beban Utang Luar Negeri Bertambah

Kompas.com - 23/08/2013, 11:16 WIB


JAKARTA, KOMPAS -
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat membuat beban utang luar negeri bertambah. Bahkan, risiko default berupa gagal bayar atau tunda bayar bisa meningkat jika pengutang tidak berhati-hati dalam pengelolaan utangnya.

Utang luar negeri pemerintah, bank sentral, dan swasta per Juni 2013 sebesar 257 ,98 miliar dollar AS. Dengan nilai tukar rupiah pada Kamis (22/8/2013) Rp 10.795 per dollar AS, maka utang itu setara Rp 2.784 triliun. Padahal, pada Senin (20/8), nilai tukar rupiah Rp 10.451 per dollar AS. Dengan nilai tukar itu, utang menjadi Rp 2.696 triliun. Ada selisih Rp 88 triliun dengan asumsi mengabaikan lindung nilai (hedging).

Data Bank Indonesia (BI) yang dapat dihimpun Kompas, kemarin, menunjukkan, utang luar negeri terdiri dari utang pemerintah dan BI sebesar 123,992 miliar dollar AS serta utang swasta sebesar 133,988 miliar dollar AS.

Porsi terbesar utang luar negeri mengucur ke sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yakni 111,294 miliar dollar AS atau 43,1 persen dari total utang luar negeri. Sektor berikutnya adalah industri pengolahan sebesar 27, 944 miliar dollar AS atau 10,8 persen dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 25, 874 miliar dollar AS atau setara 10 persen dari total utang luar negeri.

Padahal, menurut ekonom Standard Chartered Indonesia, Eric Sugandi, pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa diperkirakan melambat tahun depan. Sebagian besar pendapatan sektor tersebut di dalam negeri dalam rupiah.

Melemahnya rupiah terhadap dollar AS akan membuat beban sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dalam membayar utang semakin berat. Kemampuan membayar utang luar negeri akan berkurang. ”Dari sisi pertumbuhan ekonomi, perlambatan di sektor ini membuat kontribusinya terhadap ekonomi berkurang,” ujar Eric.

Sebelumnya Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, sekitar 15 persen utang swasta belum menggunakan lindung nilai. Dengan demikian, nilai utang akan fluktuatif bergantung pada nilai tukar. Akan tetapi, ujar Eric, lindung nilai pun memiliki batas waktu. Jika kondisi rupiah terus melemah dan lindung nilai sudah berakhir batas waktunya, risiko tunda bayar atau gagal bayar utang luar negeri bisa meningkat juga.

Masih menarik

Risiko bisa bertambah jika industri tersebut memperoleh pendapatan dalam rupiah. Apalagi jika bahan baku dan barang modalnya masih impor sehingga menggerus pendapatan.

Ekonom BNI, Ryan Kiryanto, mengemukakan, beberapa sektor yang masih menarik pertumbuhan tahun depan, antara lain pengolahan atau manufaktur dan kebutuhan konsumen (consumer goods). Namun, menurut Eric, sektor pengolahan masih bergantung pada impor barang modal. Jika dollar AS terus menguat dan industri yang bergerak di sektor pengolahan mengerem impor bahan baku, produksi akan melambat. ”Lagi-lagi kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi akan berkurang,” ujar Eric.

Beban berat juga dirasakan sektor pertambangan dan penggalian yang selama ini masih mengimpor barang modal. Umumnya industri ini juga memiliki utang dollar AS. Meski hasilnya diekspor dan memperoleh dollar AS, harga komoditas masih tertekan.

Data BI menunjukkan, sekitar 68 persen utang luar negeri dalam bentuk dollar AS atau sekitar 175 , 402 miliar dollar AS. Adapun 13,3 persen berupa rupiah dan 12,5 persen berupa yen Jepang. Rasio utang terhadap produk domestik bruto per akhir Juni 2013 sekitar 31,3 persen.

Pertumbuhan ekonomi per triwulan II-2013 sebesar 5,81 persen. BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tahun ini 5,8-6,2 persen dengan kecenderungan ke batas bawah. (IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang Jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang Jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com