Sebagaimana diketahui, langkah the Fed yang memangkas stimulus ekonomi dan mengurangi pembelian obligasi pemerintah AS berdampak pada negara-negara berkembang, antara lain India, Turki hingga Indonesia.
Nilai tukar mata uang negara berkembang makin tak berdaya, dan disusul oleh naiknya beban utang. Di sisi lain, indesk bursa saham turun, dan pada pekan lalu rata-rata "menyelam" hingga 2,7 persen.
James Bullard, presiden the Fed St. Louis menuturkan bahwa perekonomian Amerika Serikat merupakan fokus utama kebijakan bank sentral. "Kami tidak mengambil kebijakan ekonomi berdasarkan volatilitas di pasar berkembang," ujarnya sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (26/8/2013).
Di sisi lain, kebijakan the Fed juga akan berdampak pada perekonomian China, baik secara internal maupun eksternal.
“Kebijakan moneter the Fed memiliki pengaruh yang besar terhadap pasar negara berkembang, dan ekonomi global. Untuk itu, kami berharap kebijakan pengurangan stimulus tak hanya melulu mempertimbangkan ekonomi AS," jelas Sheng Laiyun, juru bicara Biro Statistik Nasional, China.
Para pejabat bank sentral AS hingga saat ini masih belum memutuskan mengenai waktu pengurangan pembelian obligasi pemerintah AS. Namun pada Juli lalu, para pejabat the Fed menyatakan bahwa jadwal pengurangan stimulus yang digagas Gubernur Federal Reserve, Ben Bernanke bisa diterima.
“Jika data perekonomian AS menunjukkan perbaikan sebagaimana yang kami harapkan, tentunya kami setuju dengan pengurangan stimulus,” ujar presiden Federal Reserve San Francisco, John Williams.
Berdasarkan catatan, dana yang kabur dari bursa saham emerging market mencapai lebih dari 1 triliun dollar AS. Indeks MSCI telah anjlok sekitar 12 persen pada tahun ini, sedangkan bursa di negara maju, bursa saham justru naik 13 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.