Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkeu Bantah Rupiah Melemah sampai Awal 2014

Kompas.com - 28/08/2013, 09:47 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Menteri Keuangan Chatib Basri membantah bahwa tren pelemahan rupiah masih akan berlanjut hingga awal tahun 2014.

"Jika saya mengatakan bahwa pelemahan rupiah akan berlanjut hingga awal tahun 2014, maka seolah-olah Bank Indonesia (BI) dan pemerintah akan membiarkan rupiah itu melemah. Ini akan berakibat negatif bagi pasar," kata Chatib saat konferensi pers di kantor Direktorat Jenderal Pajak Jakarta, Rabu (28/8/2013).

Ia menambahkan, pelemahan rupiah ini masih dipengaruhi oleh tekanan pasar dan tappering off Amerika Serikat yang masih berlanjut pada masa mendatang. Pemerintah akan tetap melakukan stabilisasi dari pelemahan rupiah ini.

Ia meminta media tidak memutar pernyataan pejabat sehingga menimbulkan kepanikan pasar. Sebab, kondisi moneter dalam negeri memang sedang terjadi fluktuasi. Agar tidak dijadikan spekulasi, maka media juga berperan aktif dalam menyuarakan dampak positif ke pasar.

Sebelumnya dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta, Selasa (27/8/2013), Menkeu M Chatib Basri menyebutkan tren pelemahan rupiah masih akan berlanjut hingga awal tahun 2014. Meski demikian, pemerintah masih optimistis bahwa nilai tukar rupiah rata-rata pada tahun 2014 adalah Rp 9.750 per dollar.

Hal itu merupakan jawaban pemerintah atas pandangan umum fraksi-fraksi DPR terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2014. Nilai tukar rupiah selama beberapa pekan terakhir terus berfluktuasi di atas Rp 10.000 per dollar AS.

Bahkan, pada Selasa kemarin nilai rupiah di pasar spot mencapai Rp 11.335 per dollar AS. Dalam paparannya, Chatib menyebutkan empat faktor eksternal yang akan memberikan tekanan pada rupiah.

Pertama adalah kebijakan pengetatan stimulus moneter oleh Bank Sentral Amerika Serikat yang diperkirakan dikeluarkan pada akhir tahun 2013. Kedua, muncul kekhawatiran investor terhadap perkembangan ekonomi di negara-negara emerging market, terutama China, India, dan Brasil. Hal ini berdampak pada aktivitas transaksi perekonomian di pasar internasional.

Ketiga, gejolak harga minyak dunia akibat gejolak geopolitik beberapa negara produsen di kawasan Timur Tengah. Keempat, mengecilnya selisih suku bunga Bank Indonesia dan suku bunga dunia sehingga membuat investor mulai tertarik untuk mengalihkan modal ke Indonesia.

Meskipun demikian, menurut Chatib, pemerintah tetap memasang target nilai tukar rupiah tahun 2014 di level Rp 9.750 per dollar AS. Alasannya, sejauh pemerintah bisa menjaga stabilitas perekonomian, meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat, dan menaikkan prospek pertumbuhan ekspor komoditas andalan, pelemahan rupiah bisa ditekan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com