Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG dan Rupiah Anjlok, Pemerintah Dinilai Telat Ambil Keputusan

Kompas.com - 28/08/2013, 16:50 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom yang tergabung dalam Megawati Institute mengklaim telah melihat gejala anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sejak triwulan kedua 2012.

Jika pemerintah saat ini bisa melakukan hal yang bersifat antisipatif, maka seharunya paket kebijakan yang baru diketok palu Jumat lalu (23/8/2013), sudah dari dulu dikeluarkan.

Direktur Eksekutif Megawati Institute, Arif Budimanta, menuturkan kondisi pasar saat ini sudah sangat sulit untuk mempercayakan investasi di Indonesia. Market, sebut Arif, melihat asumsi yang dibuat pemerintah dan tercermin dalam APBN P 2013 sudah tidak realistis. Sayangnya, menurut Arif, pemerintah tidak melihat gejolak ekonomi saat ini sebagai hal yang kritis.

Pukulan ekonomi global dari AS, Eropa dan beberapa negara Asia tentu mempengaruhi ekonomi di Indonesia. Namun, Arif menilai persoalan yang sebenarnya dihadapi Indonesia adalah permasalahan struktural dan fundamental.

Secara tidak langsung, Arif mengatakan, pemerintah saat ini tidak boleh bersembunyi di balik kemerosotan ekonomi dunia.

"Pemerintah boleh terus pakai bedak, tapi market (pasar) paham wajah sebenarnya seperti apa," tegas Arif, yang juga Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, di Jakarta, Rabu (28/8/2013).

Hal senada disampaikan akademisi dari Universitas Gadjah Mada, Sri Hadiningsih. Ia menilai pejabat kementerian yang mengurus perekonomian, dan juga presiden tidak menganggap kondisi saat ini sebagai hal yang kritis. "Seolah temporer saja, biasa saja. Padahal rupiah terjun bebas," kata Sri.

Sebab Ketidakpercayaan Investor Arif, begitu pula dengan Sri, percaya salah satu yang menjadi penyebab ketidakpercayaan investor adalah utang luar negeri yang besar, lebih dari 250 miliar dolar AS.

Ditambah lagi, utang jangka pendek yang akan jatuh tempo, yang mencapai 55,7 persen dari cadangan devisa Indonesia.

"Neraca perdagangan barang jasa yang defisit, itu betul. Tapi hanya akan bisa diimplementasikan jangka panjang, bukan stabilitas ekonomi. Masalah serius kita itu, cadangan devisa makin turun, dan utang luar negeri yang besar," kata Sri.

Kedua, adalah soal defisit neraca pembayaran yang semakin melebar. Pada kuartal I 2013 sebesar 9,8 miliar dolar AS setara 4,4% dari PDB. Penyebab ketidakpercayaan investor yang ketiga adalah inflasi yang tinggi.

Pada bulan Juli 2013, inflasi tercatat sebesar 8,61 persen (year on year/yoy). Asumsi ekonomi pemerintah juga dianggap tidak realistis. Akibatnya, sentimen ekonomi global lebih berpengaruh terhadap neraca domestik.

IHSG secara year on year telah menurun 15 persen, begitu pula dengan nilai tukar rupiah yang melemah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com