Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Triliunan Rupiah Hilang Akibat Ketidakpastian Hukum Industri Hulu Migas

Kompas.com - 09/09/2013, 11:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
-  Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menyatakan, sejak kegiatan eksplorasi sektor minyak dan gas berjalan tahun 1970an, triliunan rupiah telah terbuang untuk biaya pemulihan (cost recovery). Padahal porsi baik offshore maupun onshore lebih banyak dimiliki oleh asing.

"Dari ratusan bahkan miliaran dollar  itu berapa dana untuk membangun kemampuan dalam negeri? Saya kira jumlahnya sangat sedikit. Yang terjadi adalah banyak lari untuk membangun perusahaan asing," kata Suryo, dalam sambutannya di forum group discussion (FGD) bertajuk "Perundangan: Kepastian dan Perlindungan Hukum untuk Industri Hulu Migas", di Jakarta, Senin (9/9/2013).

Suryo menuturkan, sebagai mitra pemerintah, Kadin meminta kepastian hukum kegiatan industri hulu migas, khususnya untuk pengusaha nasional. Menurut Suryo, saat ini pengelolaan sumber daya mineral masih sangat sektoral. Hal itu disebabkan lemahnya penegakkan hukum dalam pengelolaan sumber daya alam khususnya yang terkait dengan investasi.

"Permasalahan bangsa dalam jangka panjang masih tergantung ketersediaan energi. Sementara saat ini, ketersediaannya masih tergantung pada investasi asing," tuturnya.

Suryo dalam keterangan tertulisnya, mencatat penurunan produksi migas nasional disebabkan akibat belum adanya kepastian hukum. Padahal industri hulu migas merupakan industri padat modal, dengan investasi tinggi. Oleh karena itu memerlukan kejelasan, konsistensi, dan kepastian hukum.

Berdasarkan data Kadin Indonesia, sejak 2008 produksi minyak bumi mengalami penurunan. Saat itu produksi minyak bumi tercatat 976.000 barel per hari, sementara 2012 hanya mencapai 860.000 barel per hari.  Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013, target lifting minyak justru diturunkan 2,4 persen menjadi 840.000 barel per hari.

Dari sumber Kementerian ESDM, produksi gas juga terus menunjukkan tren menurun sejak 2010. Pada saat itu produksi gas sebesar 9.336 MMSCFD (Million Metric Standard Cubic Feet per Day), turun menjadi 8.142 MMSCFD pada 2012. Bahkan proyeksi produksi gas bumi Indoensia di tahun 2013 ini hanya mencapai 6.939 MMSCFD, atau turun 17,3 persen dibanding tahun sebelumnya (YoY).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com