Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WTO Revisi Pertumbuhan Perdagangan Global

Kompas.com - 11/09/2013, 10:42 WIB


GENEVA, KOMPAS.com -
Optimisme terhadap pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China tampaknya belum memulihkan wajah perdagangan global. Sebagai bukti, Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) masih bernada pesimistis.

Jelasnya begini, WTO memangkas pertumbuhan perdagangan global menjadi 2,5 persen di sepanjang tahun 2013. Angka ini turun dari hitungan awal WTO yang memasang proyeksi pertumbuhan 3,3 persen. Menatap tahun 2014, WTO masih juga pesimistis. WTO memotong proyeksi pertumbuhan perdagangan global di tahun 2014 menjadi 4,5 persen dari sebelumnya 5 persen.

Ketua WTO, Roberto Azevedo mengatakan, penurunan proyeksi pertumbuhan tersebut lantaran pemulihan ekonomi Eropa masih di bawah estimasi. Catatan saja, selama periode April-Juni 2013, pertumbuhan ekonomi Zona Euro naik 0,3 persen year on year.

Di sisi lain, Azevedo menilai, gejolak di pasar finansial emerging market masih belum memengaruhi pertumbuhan transaksi perdagangan global. Menurut Azevedo, perlambatan ekonomi emerging market seperti Brasil, China dan India masih tetap bertumbuh lebih positif dibandingkan ekonomi Eropa. "Ekonomi negara berkembang masih jadi motor pertumbuhan global," ujar dia, seperti dikutip Financial Times.

Pertemuan Bali

Demi menggenjot transaksi perdagangan global, Azevedo, yang baru menduduki posisi Ketua WTO sejak 1 September lalu, fokus pada sistem perdagangan multilateral. Desakan WTO untuk mempercepat kebijakan pasar bebas bakal menjadi isu utama pada pertemuan WTO di Bali. Pertemuan dua tahunan WTO ini bakal berlangsung Desember 2013 mendatang.

Azevedo memasang target, pertemuan WTO di Bali bakal menghasilkan perjanjian dagang sebesar 1 triliun dollar AS. "Sistem perdagangan multilateral merupakan strategi terbaik untuk mempercepat pertumbuhan dan pemulihan ekonomi glboal," jelas dia.

Azevedo menilai, saat ini sistem perdagangan multilateral masih sulit diterapkan oleh sekitar 159 negara anggota WTO. Salah satu unsur perdagangan multilateral adalah free trade.

Nah, selama ini beberapa negara enggan melibatkan WTO untuk menerapkan kebijakan free trade. Bahkan, banyak negara masih mengusung kebijakan proteksionisme. Catatan saja, ini bukan pertama kalinya WTO memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangan global.

Sebelumnya, di April 2013, WTO sudah menurunkan pertumbuhan perdagangan global menjadi 3,3 persen dari sebelumnya 4,5 persen. Kala itu, alasan WTO memangkas pertumbuhan lantaran pencapaian pertumbuhan perdagangan tahun 2012 hanya sebesar 2 persen. Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak WTO mulai mencatat angka perdagangan pada tahun 1981 silam.

Pencapaian ini bahkan meleset dari perkiraan awal WTO yang memproyeksi 3,7 persen. Selain krisis Eropa, perdagangan global di sepanjang 2012 melemah karena guncangan ekonomi pasca gempa Jepang. Faktor lain, ketidakamanan politik negara kaya minyak, Timur Tengah. (Dessy Rosalina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com