Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Utang Luar Negeri Indonesia Melambat

Kompas.com - 20/09/2013, 19:04 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia (BI) mencatat perlambatan pertumbuhan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2013 sebesar 7,3 persen year on year (yoy) dari bulan sebelumnya 8,0 persen yoy.

Dari angka ini dapat disimpulkan posisi ULN Indonesia pada akhir Juli 2013 tercatat sebesar 259,54 miliar dollar AS. Berdasarkan jangka waktu pinjaman, komposisi ULN Indonesia banyak didominasi ULN jangka panjang, yaitu sebanyak 82,3 persen dari total ULN, sedangkan sisanya merupakan ULN jangka pendek.

Dari sisi komposisi valuta, ULN Indonesia sebagian besar berdenominasi dollar AS sebanyak 68,2 persen, sedangkan pinjaman dalam bentuk yen Jepang mencapai 12,5 persen dan sisanya terdiri dari berbagai jenis valuta.

“Perlambatan pertumbuhan ULN Indonesia terutama disebabkan oleh pelambatan pertumbuhan ULN Swasta,” kata Direktur Komunikasi BI Peter Jacobs di Jakarta, Jumat (20/9/2013).

ULN Swasta pada Juli 2013 tumbuh 9,5 persen yoy, lebih rendah dari pertumbuhan pada Juni 2013 sebesar 11 persen (yoy), sehingga pada akhir Juli 2013 tercatat sebesar 133,94 miliar dollar AS.

Sementara itu, ULN pemerintah tumbuh 5,1 persen yoy, sedikit meningkat dibandingkan pertumbuhan Juni 2013 sebesar 4,9 persen yoy, sehingga pada akhir Juli 2013 tercatat sebesar 125,60 miliar dollar AS.

Berdasarkan jangka waktu, perlambatan ULN swasta dipengaruhi pertumbuhan ULN swasta jangka pendek yang menurun dari 6,7 persen yoy pada Juni 2013 menjadi 4,0 persen yoy sehingga tercatat 38,5 miliar dollar AS pada Juli 2013.

Posisi ULN swasta jangka pendek pada Juli 2013 tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi Juni 2013 sebesar 39,59 miliar dollar AS.

Berdasarkan kelompok peminjam, ULN Swasta lebih banyak dilakukan oleh korporasi non-bank yaitu mencapai 111,6 miliar dollar AS atau 83,3 persen dari total ULN swasta, sedangkan sisanya 22,3 miliar dollar AS merupakan ULN bank.

Berdasarkan kelompok krediturnya, ULN korporasi non-bank sebagian berasal dari perusahaan induk dan afiliasinya yang pada akhir Juli 2013 mencapai 33,4 miliar dollar AS.

Sementara itu, ULN bank yang berasal dari perusahaan induk dan afiliasinya mencapai 7,9 miliar dollar AS. Berdasarkan jangka waktunya, ULN korporasi non-bank didominasi ULN jangka panjang yaitu mencapai 78,6 persen dari total ULN korporasi non-bank.

Sementara itu, ULN bank umumnya jangka pendek yaitu 65,7 persen dari ULN bank, yang sebagian besar berbentuk pembiayaan perdagangan internasional (Bankers’ Acceptance).

Menurut Peter, komposisi ULN yang didominasi ULN jangka panjang tersebut menunjukkan, tekanan terhadap rupiah yang berasal dari permintaan dollar AS untuk pembayaran ULN tidak terlalu besar.

“BI memandang perkembangan ULN Indonesia tersebut masih cukup sehat dan berkesinambungan. Perlambatan pertumbuhan ULN Indonesia, khususnya ULN Swasta, sejalan dengan tren perlambatan ekonomi nasional. BI akan terus memonitor perkembangan ULN Indonesia tersebut sehingga tetap dapat mendukung upaya menjaga ketahanan sektor eksternal,” ungkap Peter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com