Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maskapai NAM Air Akan Pakai Pesawat Buatan Indonesia

Kompas.com - 24/09/2013, 15:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -  NAM Air, maskapai bentukan Sriwijaya Air berencana akan memakai armada buatan anak bangsa yang saat ini tengah dikembangkan oleh PT Regio Aviasi Industri R80.

Menurut Direktur Utama Sriwijaya Air Chandra Lie, pihaknya yakin dengan produk dalam negeri ini dan ingin menjadikan NAM sebagai maskapai pertama yang menggunakan R80. “Pada saat launching NAM Air besok kita juga akan menandatangani kontrak pemesanan 50 R80 plus 50 pesawat lagi sebagai opsi tambahan,” papar Chandra.

Selain berkomitmen untuk mendukung produksi dalam negeri, pihak Sriwijaya Air juga berkomitmen kuat untuk melatih sendiri para pilot dan kru kabinnya. Seperti diberitakan sebelumnya, hampir semua lulusan NAM Flying School langsung diserap oleh Sriwijaya Air.

“Kami butuh pilot 28 set per tahun, karena target kami tiap tahun tambah tujuh pesawat, satu pesawat perlu 4 set pilot. Belum lagi untuk NAM ini kami butuh lebih banyak lagi pilot karena target kami 10 pesawat per tahun,” ujarnya.

Seperti diketahui  PT Regio Aviasi Industri (RAI) menggandeng lima maskapai nasional untuk mengembangkan pesawat komersial R80.  Kelima maskapai itu antara lain Merpati,  Citilink,  Wingsair,  Sky Aviation,  dan Kal Star.

Komisaris PT Regio Aviasi Industri Ilham Habibie mengungkapkan,  pengembangan pesawat R80 tersebut membutuhkan masukan dari kelima maskapai tersebut.  Masukan itu di antaranya mengenai kemampuan pesawat,  desain interior,  mesin,  kargo,  kondisi kokpit, dan sebagainya.

"Kami sudah mulai kick off meeting untuk membahas di Bandung dan pertemuan lainnya. Diharapkan masukan itu bisa membuat pesawat ini menjadi lebih baik," tutur dia.

Pengembangan pesawat R80 tersebut akan mempertahankan beberapa aspek pada pesawat N250 yang di buat BJ Habibie.  Namun begitu,  lanjutnya,  pesawat ini sekitar 70 persen berbeda dengan pesawat N250. 

"Misalnya,  badan pesawat lebih besar dengan jumlah kursi bertambah dari 60- 80 menjadi 80 kursi,  mesin dan sistem pengendalian juga beda," tambah dia.

Menurut dia,  penggunaan bahan bakar pesawat anyar ini diharapkan lebih ekonomis dibandingkan pesawat lainnya yang biasanya menghabiskan 50% bahan bakar.  "Kami harap ini lebih hemat,  karena faktor terbesar dari industri bergantung pada bahan bakar," terang dia.

Ilham berharap,  pesawat ini ditaksir bernilai 500 juta dollar AS-600 juta dollar AS dan jauh lebih murah dibandingkan buatan Eropa yang di atas 3 miliar dollar AS.  Pesawat R80 ini direncanakan dapat terbang perdana pada 2016 apabila proses sertifikasi laik terbang dari Kementerian Perhubungan telah terbit.  Adapun penyerahan pesawat ini kepada pelanggan pertama pada 2018.  "Pesawat ini berjenis komersial dan diharapkan dapat dipesan oleh lima maskapai tadi," tuturnya.

Adapun PT DI sebagai kontraktor utama dan mitra dalam menangani program sejak awal,  perancangan,  sertifikasi sampai dengan pembuatan pesawat serta serial dan melakukan pemasaran bersama.  Kerja sama ini diharapkan menghasilkan pesawat dalam negeri pada 2018. 

"Kerja sama ini juga bertujuan mengembalikan kejayaan PT DI sebagai pembuat pesawat terbang," tandas dia.  (Budi Prasetyo )

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com