Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Gula Turun Akibat Cuaca

Kompas.com - 25/09/2013, 09:31 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Produksi gula pada musim giling tahun 2013 diprediksi turun 10-20 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Kondisi ini dampak anomali cuaca, terutama musim hujan yang panjang di sejumlah wilayah pabrik gula di Indonesia.

Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Aris Toharisman, seusai diskusi terbatas dengan direksi beberapa pengelola pabrik gula di Surabaya, Selasa (24/9/2013), mengatakan, dengan sisa waktu giling tiga bulan, produksi gula maksimal sebesar 2,3 juta ton. Padahal, pada musim giling 2012, produksi gula mencapai 2,6 juta ton.

Curah hujan yang cukup tinggi dan berlangsung hingga pertengahan Agustus lalu tidak hanya menurunkan kualitas tebu, terutama rendemen, tetapi juga menghambat budidaya tebu. Sebab, dalam kondisi normal, musim giling pada Mei dan Juni sudah masuk musim kemarau.

Jadi, produksi gula sebanyak 2,3 juta ton baru mencukupi 40 persen kebutuhan gula konsumsi secara nasional.

”Kondisi ini menunjukkan bahwa program swasembada gula 2014 yang ditargetkan pemerintah sulit terwujud,” katanya.

Aris mengatakan, anomali cuaca selama musim giling tebu juga terjadi pada tahun 2010 dan dampak hujan berkepanjangan berlanjut tahun berikutnya. Data 2011 menyebutkan, produksi gula nasional hanya 2,26 juta ton atau sedikit lebih rendah daripada musim giling 2010 sebanyak 2,28 juta ton.

”Penurunan produksi akibat tebu tidak bisa ditebang tepat waktu dan sulit dirawat selama hujan akan menurunkan hasil gula tahun depan,” kata Aris.

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Februari 2013, tahun ini kemarau diprediksi normal. Namun, prediksi itu direvisi pada akhir Mei lalu.

Hujan diperkirakan berlangsung hingga Agustus. Sekitar lima hari lalu, BMKG memperkirakan, musim hujan di sebagian wilayah Indonesia datang lebih awal daripada rata-rata periode 1981-2010.

Padahal, petani berharap musim kemarau berlangsung lebih panjang agar giling tebu berjalan optimal.

Kepala Bidang Pengembangan Usaha PT Perkebunan Nusantara XI Adig Suwandi mengatakan, dampak hujan berkepanjangan otomatis menambah biaya tebang dan angkut tebu dan pemrosesan gula. Dalam kondisi hujan, proses tebang dan angkut tebu relatif sulit dan mahal.

”Sedikitnya diperlukan tambahan ongkos Rp 2.000 per kuintal untuk tebang dan angkut tebu ke pabrik gula, sementara harga gula lelang cenderung turun sehingga petani rugi,” katanya.

Adig menambahkan, masih tingginya curah hujan menyebabkan kadar gula dalam tebu atau rendemen turun. Hingga pekan kedua September, rata-rata rendemen pabrik gula lebih rendah 0,5-1 poin daripada periode sama tahun lalu. (ETA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Whats New
BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu Debit Mandiri Contactless

Cara Membuat Kartu Debit Mandiri Contactless

Work Smart
Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS

Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS

Whats New
Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Whats New
Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Whats New
Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Whats New
IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

Whats New
Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Whats New
Voucer Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Voucer Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Earn Smart
Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com