Direktur Operasional PT Garuda Indonesia Airlines Tbk (GIAA), Noviantono Herupratomo mengatakan besarnya konsumsi itu merupakan konsekuensi logis terhadap pertumbuhan industri penerbangan.
"Pertumbuhan kebutuhan avtur dibanding 2012 lalu 10-15 persen," kata dia kepada Kompas.com, ditemui di sela-sela penandatanganan dengan ATR dan NAC, di Jakarta, Selasa (1/10/2013).
Ia mengatakan, kebutuhan bahan bakar maskapai penerbangan pelat merah ini pada tahun lalu sekitar 1,2 miliar liter avtur. Saat itu penambahan pesawat hanya 22 unit, dengan nett pesawat sebanyak 18 unit.
"Kami tahun ini tambah 26 pesawat termasuk 2 ATR yang mau datang November dan Desember nanti," kata dia.
Kebutuhan bahan bakar yang semakin bertambah membuat biaya operasional juga semakin membengkak. Seperti yang disampaikan Dirut Garuda Indonesia, biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar bisa mencapai 38-40 persen dari total cost operasional satu pesawat.
"Dibanding tahun lalu kami sudah mengalami kenaikan konsumsi bahan bakar hingga dua kali lipat," ungkap Novianto. Sayangnya, ia tak menjelakan secara rinci berapa dolar atau rupiah yang dikeluarkan untuk itu.
Ia menambahkan dengan penambahan sejumlah armada Garuda Indonesia sampai tahun 2017, avtur yang dibakar semakin besar. Untuk tahun depan ia memperkirakan kebutuhan bahan bakar tersebut naik 20 persen, meskipun penambahan armadanya tidak lebih banyak dibanding tahun ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.