Direktur Operasional GIAA, Noviantono Herupratomo mengatakan, meskipun perseroan siap menggunakan biodiesel, namun hal itu masih terkendala ketersediaan atau pasokan biofuel sendiri.
"Itu kan masih wacana, masih trial. Intinya selama belum ada kebijakan bahan bakar nonfosil ini sebaian untuk industri ini, enggak ada orang mau bikin. Saya bilang wacana, kita user kok," kata dia kepada Kompas.com, ditemui di sela-sela penandatanganan GIAA dengan ATR dan NAC, di Jakarta, Selasa (1/10/2013).
Ia menjelaskan, sebetulnya pesawat terbang bisa menggunakan bahan bakar non avtur, seperti dengan biofuel, sepanjang komposisi kimianya sama.
"Ya bisa lah. Kita siap, tapi barangnya belum ada. Semua pesawat siap, tapi bahan bakar itu komposisinya harus sama dengan avtur. Bedanya hanya kalau avtur fosil, biofuel non fosil, tapi komposisi kimianya sama," kata dia.
Ia mengatakan saat ini ketersediaan bahan bakar biofuel belum ada di Indonesia. Sementara itu Eropa dan Amerika Serikat sudah bisa memanfaatkan bahan bakar. Kalaupun ada, itu pun dalam jumlah kecil, dan harga keekonomiannya lebih tinggi 1,5 kali harga avtur.
Sebagaimana diketahui, krisis energi mengancam Indonesia. Sementara kebutuhan energi bertambah, cadangan mulai menipis, terlebih lagi belum ada penambahan kilang minyak.
Untuk Garuda, sepanjang 2013 ini diperkirakan bakal menghabiskan avtur sebanyak 1,38 miliar liter, atau naik 10-15 persen dari yang tahun lalu, sekitar 1,2 miliar liter avtur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.