Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru 31 Persen Transaksi di Indonesia yang Nontunai

Kompas.com - 01/10/2013, 19:57 WIB
Anastasia Joice

Penulis


NEW YORK, KOMPAS.com — MasterCard Advisors, Selasa (1/10/2013),  mengeluarkan laporan global terbaru berjudul  The Cashless Journey. Laporan ini  melacak bagaimana 33 negara utama bergerak dari masyarakat dengan basis pembayaran tunai menuju masyarakat nontunai.

Laporan yang diterbitkan oleh MasterCard Advisors tersebut mengidentifikasi teknologi-teknologi terbaru, program-program pemerintah, dan pilihan konsumen sebagai faktor-faktor kunci yang mendorong pergeseran ini, serta menciptakan ekonomi yang lebih produktif dan inklusif.  
 
Berdasarkan studi tersebut, pembayaran nontunai di Indonesia terhitung sebesar 31 persen  dari total pembayaran yang dilakukan konsumen. Hasil nilai ini menempatkan Indonesia masuk ke dalam kategori negara-negara yang berada dalam tahap awal (inception) bersama dengan negara lain,  seperti Nigeria, Rusia, dan Kolombia. Negara-negara tersebut baru saja mulai untuk beralih dari pembayaran tunai.
 
Berikut adalah temuan-temuan penting yang tercatat dalam laporan MasterCard ”Cashless Journey”:

Studi ini fokus pada nilai dari seluruh pembayaran konsumen (dengan total pengeluaran 63 triliun dollar AS), termasuk pembayaran yang terjadi di luar point-of-sale retail. Di tahun 2011, sebesar 34 persen (21 triliun dollar AS) dari total pengeluaran konsumen secara global dilakukan melalui pembayaran tunai, dengan pembayaran nontunai sebesar 66 persen (42 triliun dollar AS).

Laporan ini mengidentifikasi Belgia (sekitar 93 persen  pengeluaran konsumen dilakukan melalui pembayaran nontunai), Perancis (92 persen), Kanada (90 persen), Inggris (89 persen), Swedia (89 persen), Australia (86 persen), dan Belanda (85persen ) sebagai negara-negara di mana pembayaran nontunai hampir dilakukan di mana pun. Hal ini melambangkan adanya perubahan besar dari pembayaran tunai menjadi pembayaran nontunai dengan memanfaatkan teknologi, seperti EMV chip yang mudah dibawa ke mana-mana serta infrastruktur pembayaran modern lainnya.

Negara-negara seperti Amerika Serikat (sekitar 80 persen total pengeluaran konsumen dilakukan secara nontunai) dan Singapura (69 persen) sedang mendekati ’titik penting’ untuk menjadi masyarakat nontunai seutuhnya. Sementara itu penggunaan pembayaran tunai yang ada, sebagian besar merupakan hasil dari kebiasaan konsumen.

Sebaliknya, negara-negara dengan ekonomi berkembang seperti Indonesia (31 persen), Rusia (31 persen), dan Mesir (7 persen) baru saja memulai perjalanan menjadi masyarakat nontunai, tetapi dalam banyak kasus, perubahan bentuk pembayaran tunai di negara-negara tersebut lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara maju tertentu.
 
Setelah berhasil menyediakan seluruh elemen dari infrastruktur pembayaran konsumen modern, negara-negara seperti Brasil (57 persen), Polandia (41 persen), dan Afrika Selatan (43 persen) saat ini sedang dalam tahap transisi, dan secara cepat bergeser menjauh dari pembayaran tunai.

Pergeseran tercepat dari pembayaran tunai terjadi di China, di mana nilai pembayaran konsumen secara tunai diprediksi menurun sebanyak 20 persen antara tahun 2006 dan 2011. China (sekitar 55 persen) pengeluaran konsumen dicapai dengan pembayaran nontunai dan Uni Emirat Arab (26 persen) berada di antara kelompok negara di mana pemerintahnya telah mengambil peran dalam mendorong pembayaran elektronik untuk mendukung tujuan-tujuan sosial dan ekonomi mereka. Kenya (27 persen) merupakan contoh di mana teknologi memberikan kontribusi terbesar dalam mengurangi pengeluaran konsumen melalui pembayaran tunai.
 
”Hal yang kelihatannya terlupakan dalam dialog kebijakan ialah bahwa pembayaran tunai membutuhkan waktu mendapatkan akses, lebih berisiko untuk dibawa, dan menelan biaya hingga 1,5 persen dari pendapatan domestik bersih (PDB) negara tersebut,” ujar Peer Stein, Director of Access to Finance Advisory Services, dari International Finance Corporation.
 
Riset dari MasterCard Advisors mengindikasikan, bagaimana persiapan sebuah negara untuk beralih menuju masyarakat nontunai ditentukan oleh berbagai faktor, seperti akses dan kemampuan layanan finansial, skala dan pangsa pasar dari penjual, tingkat teknologi yang tersedia, dan partisipasi konsumen dalam ekonomi formal. Namun, di beberapa negara seperti Jerman  (sekitar 76 persen pengeluaran konsumen dicapai melalui pembayaran nontunai), Jepang (62 persen), Spanyol (54 persen), dan Taiwan (43 persen), perilaku budaya yang lebih banyak menyarankan penggunaan uang tunai dibandingkan kondisi pasar, juga sangat berpengaruh.
 
Kevin Stanton, President MasterCard Advisors, menyimpulkan, walaupun masing-masing negara memiliki kisah yang unik dan memerlukan pemahaman akan realitas lokal, manfaat yang diperoleh dengan lebih banyaknya masyarakat nontunai bersifat universal.

"Lebih banyak kenyamanan yang diperoleh konsumen, efisiensi yang lebih baik bagi pemerintah, produktivitas bisnis yang lebih tinggi, dan keikutsertaan masyarakat yang lebih tinggi secara keseluruhan dengan membawa lebih banyak warga negara ke dalam arus ekonomi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com