Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Minta Antisipasi "Shutdown" Pemerintah AS

Kompas.com - 02/10/2013, 10:31 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, penutupan sebagian layanan pemerintahan federal Amerika Serikat (government shutdown) akan memberikan implikasi terhadap perekonomian dunia, perekonomian negara-negara lain.

”Dollar AS di mana pun berada dan pergerakannya seperti apa tidak bebas dari kebijakan AS, kebijakan moneter utamanya. Dengan demikian, kita harus terus mengikuti perkembangan dan dinamika di negara itu, juga negara-negara penting lainnya,” kata Presiden saat memberi pengantar sidang kabinet paripurna yang membahas ekonomi, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (1/10/2013).

Pemerintah AS mulai menutup sebagian layanannya pada tengah malam waktu Washington (04.00 GMT) karena Partai Republik dan Demokrat menolak untuk mencapai kesepakatan anggaran.

Pasar dunia telah memperkirakan batas waktu untuk meloloskan anggaran tanpa terobosan apa pun dan pasar saham telah jatuh pada sesi sebelumnya.

Penutupan sebagian kegiatan Pemerintah AS akan mengakibatkan sekitar 800.000 anggota staf federal dirumahkan, mengarah ke penutupan berbagai lembaga untuk pertama kalinya sejak 1996 yang Presiden Barack Obama peringatkan akan memukul pemulihan awal di ekonomi terbesar dunia itu.

Penutupan sebagian layanan pemerintahan federal Amerika Serikat akibat tidak tercapainya kesepakatan anggaran tidak memberi pengaruh langsung terhadap ekonomi Indonesia. Saat ini efek yang diberikannya terbatas pada membuat investor asing menunda pengucuran modal ke negara-negara ekonomi baru.

”Investor sekarang berada pada posisi wait and see (menunggu) terkait risiko shutdown pemerintahan AS,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah di Kantor Presiden, Jakarta.

Akibat investor berada pada posisi menunggu, aliran dana asing ke negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi cepat (emerging markets) pun terhambat.

Padahal, setelah Bank Sentral AS menunda rencana pengurangan stimulus moneter, aliran dana asing diperkirakan kembali masuk ke negara ekonomi baru, seperti Indonesia. ”Para investor memutuskan menunggu dulu,” kata Firmanzah.

Tidak besarBerhentinya pemerintahan AS, antara lain berupa merumahkan sementara 800.000 pegawai pemerintah federal AS, membuat pasar saham AS bergejolak. Namun, jika direfleksikan ke dalam negeri, pengaruhnya tidak terlalu besar.

Pasalnya, menurut Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan, kondisi dan indikator makroekonomi lain mengurangi risiko yang dialami pasar saham Indonesia, misalnya harga minyak mentah yang cenderung tenang dan tak bergejolak. ”Pasar saham memang jadi fluktuatif. Tapi, Indonesia menerima cukup besar capital inflow (dana asing yang masuk) yang membantu kondisi pasar saham,” katanya.

Dana asing yang masuk ke pasar keuangan kembali meningkat setelah Bank Sentral AS atau The Fed menunda pengurangan stimulus moneter.

Sebagaimana dipaparkan Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, investor pasar saham memperhatikan dampak berhentinya pemerintahan AS terhadap perekonomian AS. Sebagian besar investor pasar saham Asia juga masih mencermati dampak langkah pemerintah federal AS terhadap aktivitas perekonomian global dan pasar keuangan global.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup pada posisi 4.345,9 atau menguat 0,7 persen sejak awal tahun. Bursa saham Nikkei Jepang menguat 0,2 persen dan Singapura menguat 0,4 persen kemarin. (ATO/IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com