Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swasembada Gula Lagi-lagi Dipertanyakan

Kompas.com - 10/10/2013, 14:29 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Swasembada pangan 2014 kembali dipertanyakan. Kali ini komoditas gula. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron, tak yakin Indonesia bisa mencapai swasembada gula pada 2014, melihat kebutuhan gula impor tahun depan masih sangat besar, sementara perencanaan industri tak mendukung produksi. 

Ia menilai perluasan lahan menjadi faktor swasembada gula. "Saya lihat tidak ada keinginan untuk menyuruh swasta yang izin mendirikan pabrik gula rafinasi, untuk membuka lahan," kata dia, di Jakarta, Kamis (10/10/2013).

Selain itu, ia juga menyayangkan orientasi industri selalu mengarah ke pabrik gula rafinasi. Padahal, jika pembangunan pabrik gula berbasis tebu ditingkatkan, maka akan mendukung terciptanya swasembada.

"Kenapa orientasinya ke pabrik gula rafinasi? Kalau begini, swasembada gula menjadi sesuatu yang sia-sia," lanjut Herman.

Sebagai informasi proyeksi kebutuhan gula pada 2014 mencapai 5,7 juta ton, terdiri dari gula rafinasi untuk industri sebanyak 2,74 juta ton, dan gula untuk konsumsi sebanyak 2,96 juta ton.

Sementara produksi nasional diperkirakan hanya mencapai 2,7 juta ton. Tahun ini saja realisasinya hanya 2,5 juta ton. Artinya, jika produksi tahun depan sesuai proyeksi, maka masih butuh impor 3 juta ton.

Ketua Komisi IV DPR RI, Romahurmuzy, mengatakan, sebenarnya pabrik gula berbasis tebu bisa memproduksi refined sugar. Jika idle capacity dimaksimalkan, maka produksi gula nasional mencapai 5,7 juta ton. "Ada kesalahan perencanaan. Insentif diberikan ke industri gula rafinasi bukan industri gula berbasis tebu," kata dia.

Anggota Komisi IV DPR RI, Siswono Yudho Husodo, bahkan terang-terangan meminta kementerian terkait, dalam hal ini Kementerian Perindustrian untuk memberikan izin importasi raw sugar kepada pabrik gula berbasis tebu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com