Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revisi Target Produksi, Pendapatan BORN Diprediksi Turun

Kompas.com - 16/10/2013, 19:54 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk (BORN) akan merevisi target produksi batu baranya di tahun ini, lantaran mengalami penurunan produksi.

Presiden Direktur BORN Alexander Ramlie mengatakan, semula perseroan menargetkan produksi batu bara sebesar 3,5 juta ton per tahun. Namun karena ada masalah di salah satu tambangnya, maka target produksi di akhir tahun ini hanya sekitar 3 juta ton.

"Di sepanjang tahun ini ada satu areal di tambang batubara kita yang mengalami patahan, penuh dengan dilusi. Kita putuskan tidak produksi di tambang tersebut," kata Alexander saat RUPS perseroan di Hotel Kempinski Jakarta, Rabu (15/10/2013).

Sebenarnya, perseroan cukup menyesalkan akibat masalah di salah satu tambang yang dimilikinya itu. Padahal, tambang tersebut mampu memproduksi batubara sekitar 1,5-2 juta ton per tahun.

Dengan berhenti beroperasinya tambang tersebut, maka tambang tadi juga berpotensi mengurangi target produksi batubara perseroan di awal tahun. Meski mengalami penurunan produksi, pihaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Sebab, dampak penurunan produksi ini tidak signifikan terhadap cadangan batu bara di semua tambangnya.

Berdasarkan hitungan Alex, seluruh tambang milik BORN ini memiliki cadangan hingga 317,8 juta ton. Nilai tersebut masih dapat mencukupi untuk produksi hingga 33 tahun ke depan dengan asumsi kapasitas produksi 2012 di level 5 juta ton per tahun.

"Sebenarnya dampak penurunan ini tidak besar, karena ada cadangan batubara sekitar 320 juta ton itu. Itu kurang dari 1 persen dari total cadangan batubara kita," tambahnya.

Dengan penurunan target produksi batubara ini, otomatis akan mempengaruhi ke pendapatan perseroan di akhir tahun. Di akhir tahun lalu, pendapatan perseroan sebesar 646 juta dollar AS.

"Memang ada dampak negatif ke pendapatan di akhir tahun ini, tentu pendapatan pasti turun. Ya di sekitar di atas 400 juta dollar AS lah," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com