Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Borong Beras Thailand, Indonesia Bisa Terancam

Kompas.com - 19/10/2013, 10:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa pekan ini persoalan pangan China kembali dibahas oleh beberapa kalangan. Beberapa langkah China di pasar pangan internasional cukup menarik perhatian. Apakah yang tengah terjadi di China?

Kabar yang agak mengejutkan adalah rencana pembelian beras 1 juta ton per tahun selama waktu yang tidak ditentukan oleh China di pasar Thailand. Tentu saja kabar ini mengagetkan, karena selama ini China telah membuat persetujuan dengan Thailand untuk membeli beras jauh di bawah angka harga pasar.

Kalangan pedagang di Thailand sangat terkejut dengan kabar itu, karena sejak 2009 China telah menurunkan impor beras dari Thailand. Penurunan ini terjadi akibat harga beras di negara lain, seperti Pakistan dan Vietnam, lebih kompetitif. Lebih mengejutkan lagi permintaan beras itu sangat besar karena selama ini impor beras China dari negeri itu hanya 100.000-300.000 ton.

Kabar lainnya, pebisnis China telah membuat kesepakatan dengan petani di Myanmar untuk memproduksi beras selama 2013-2014. China akan memasok pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya. Seluruh hasil panen akan dibeli oleh pebisnis China dengan harga lokal.

Langkah-langkah China ini cukup mengejutkan beberapa kalangan. Mereka membuat analisis mengenai maksud dari aksi-aksi China di pasar beras internasional itu. Salah satu analisis itu, yang dimuat di Oryza, menyebutkan, langkah-langah mereka terkait dengan masalah air.

Sebanyak 80 persen air berada di wilayah China bagian selatan, sedangkan bagian utara sangat kering. Konsumsi air di China juga sangat rendah dibanding negara lain. Konsumsi air China hanya seperempat dibanding konsumsi air Amerika Serikat. Apabila dibandingkan dengan rata-rata konsumsi air dunia, konsumsi air China hanya setengahnya.

Untuk itulah mereka membangun bendungan raksasa Three Gorges. Ada juga proyek South-North Water Diversion yang akan menghubungkan Sungai Yangzi di selatan dengan Sungai Kuning di utara. Untuk membangun proyek ini, mereka akan menggali saluran yang melewati gunung-gunung.

Akan tetapi, proyek ini kemungkinan besar tidak untuk kepentingan memproduksi pangan dalam waktu dekat. Mereka lebih memilih pasokan air untuk memenuhi kebutuhan industri dan konsumsi warga. China melihat sumber pangan mereka masih bisa didatangkan dari negara lain seperti Thailand, Myanmar, Pakistan, dan Kamboja. Dalam konteks ini, kita paham dengan langkah China di pasar beras internasional seperti disebut di atas.

Pertanyaan yang muncul adalah sampai kapan negara-negara tetangga China bisa memenuhi kebutuhan China? Perubahan iklim dan fluktuasi produksi beras mudah terjadi sehingga pasokan ke China bisa terganggu. Jika hal ini terjadi, pasar beras internasional akan terguncang akibat perubahan pasokan beras di pasar internasional.

Tahun ini situasinya masih tergolong aman karena produksi beras di beberapa negara, seperti India, Thailand, dan Indonesia, menunjukkan kondisi yang memuaskan. Bahkan, di beberapa negara harga beras mengalami penurunan. Akan tetapi, keadaan seperti ini tidak bisa langgeng, suatu saat bisa bermasalah.

Kita cemas jika kekeringan terjadi di beberapa negara sehingga produksi beras terganggu. China pasti akan mengamankan pasokan berasnya dengan membeli beras secara besar-besaran di pasar. Indonesia yang bergantung pada impor beras bisa terkena dampak besar pula. (ANDREAS MARYOTO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com