Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumbawa, Kaya Potensi Perikanan tapi Minim Infrastruktur

Kompas.com - 19/10/2013, 16:04 WIB
Estu Suryowati

Penulis


SUMBAWA, KOMPAS.com — Sumbawa, salah satu dari delapan kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang memiliki potensi besar di sektor perikanan dan kelautan. Sejauh ini, potensi untuk perikanan budidaya baru dimanfaatkan 20 persen.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebijakto menuturkan, pemerintah memilih Sumbawa sebagai salah satu tambak percontohan (demonstration farm) budidaya udang lantaran masih banyak lahan idle yang bisa dimanfaatkan.

"Sumbawa punya potensi luar biasa, ada lahan seluas 10.375 hektar, baru 20 persennya yang hidup sekitar 2.169 hektar. Yang idle sekitar 8.000 hektar," kata Slamet dalam tebar perdana benur vaname, di Utan, Sumbawa, NTB, Sabtu (19/10/2013).

Selain itu, pemilihan Sumbawa sebagai tambak percontohan ialah karena pada 1997 Sumbawa pernah sukses menjadi sentra produksi udang. Ia mengatakan, produksi udang Sumbawa pada saat itu berbeda tipis dari Jawa Timur.

Sayangnya, kejayaan Sumbawa sebagai sentra produksi udang mulai surut sejak 2000-an. Wakil Bupati Sumbawa Arasy Muhkan mengatakan, pembudidaya udang waktu itu hanya mengejar produksi dan mengabaikan lingkungan.

"Rupanya ada titik jenuhnya juga ngejar produksi, ditambah mengabaikan lingkungan, padahal daerah kita mudah tercemar karena di daerah teluk, mulai dari Teluk Santong," sebut Arasy.

Di sisi lain, teknologi budidaya udang mulai dari tradisional, semi-intensif, intensif, dan superintensif pun belum berjalan mulus. Akibatnya harga menjadi tak kompetitif. "Inilah kegagalan yang kami alami waktu itu," akunya.

Perikanan budidaya, seperti tambak udang memang memerlukan dukungan semua pihak, mulai dari sektor perikanan, infrastruktur, hingga pembiayaan. Infrastruktur tak melulu berarti prasarana yang ada di lokasi tambak, tetapi juga infrastruktur pendukung seperti jalan beraspal.

Ini juga dikeluhkan oleh Wakil Gubernur NTB Muhammad Amiin. "Kami sadari perlu keterlibatan sektor seperti infrastruktur jalan, saluran air, dan listrik, serta akses ke perbankan," ujar Amin.

Infrastruktur minim

Lokasi tambak percontohan yang baru saja ditebari perdana dengan benur vaname oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutardjo terletak di Dusun Rapang, Desa Motong, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa, NTB.

Potensi lahan yang masih luas menjadikannya pilihan tempat budidaya udang vaname. Sayangnya, infrastruktur penunjang perekonomian masih minim. Akses menuju tambak relatif sulit dan cukup jauh.

Jaraknya dari jalan raya lebih dari lima kilometer, bisa ditempuh dalam 30 menit. Dari pantauan Kompas.com, lokasi tambak bisa ditempuh dengan tempo 1,5 jam dari tempat kami menginap, yakni di Sumbawa Besar.

Akses menjadi relatif sulit lantaran jalanan menuju lokasi tambak belum beraspal. Ketika mobil-mobil rombongan melintas, Sabtu pagi, debu-debu beterbangan. Akibatnya, warga sekitar yang dilalui mobil-mobil yang menuju lokasi tambak itu pun terganggu.

Bahkan, di tengah perjalanan mobil kami sempat diberhentikan oleh serombongan warga. Setidaknya ada tujuh hingga delapan warga yang menyetop mobil kami.

"Bawa mobilnya tolong dipelankan ya Pak. Soalnya tadi ada keluhan warga, debu-debunya sangat mengganggu," kata salah seorang warga yang mengaku bernama Zainal Abidin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com