Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Kartu Kredit Masih Besar

Kompas.com - 22/10/2013, 22:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
- Rencana pembentukan prinsipal lokal kartu kredit oleh Bank Central Asia (BCA) dan Bank Mandiri, bakal meramaikan industri sistem pembayaran di Tanah Air. Maklum, selama ini, jaringan pembayaran kartu kredit dikuasai prinsipal asing.

Pasca aturan pembatasan kepemilikan kartu kredit yang yang dirilis Bank Indonesia (BI) pertengahan tahun lalu, pertumbuhan kartu kredit di Indonesia memang tak sekencang tahun-tahun sebelumnya.

Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) memperkirakan, penerbitan kartu kredit baru hanya akan tumbuh 5 persen tahun ini.  "Pada tahun-tahun sebelumnya, penerbitan kartu kredit bisa tumbuh 10 persen-15 persen," kata Steve Martha, General Manager AKKI.

Dengan pertumbuhan penerbitan kartu yang melambat, prinsipal kartu kredit bakal bersaing sengit. Kehadiran prinsipal lokal tahun depan bakal menambah ramai persaingan bisnis kartu kredit. Namun, MasterCard Indonesia tampaknya tak banyak mempersoalkan kehadiran prinsipal lokal kartu kredit.

Vice President sekaligus Country Manager MasterCard Indonesia, Irni Palar, mengatakan MasterCard justru mendukung kehadiran prinsipal lokal. Meski begitu, kehadiran prinsipal lokal tak bakal banyak berpengaruh ke kinerja MasterCard. "MasterCard akan tetap eksis,” kata Irni.

Sayang, Irni enggan menyebutkan berapa jumlah kartu kredit berlogo MasterCard yang beredar di Indonesia. Yang jelas, MasterCard telah bekerjasama dengan 21 bank di Indonesia untuk menerbitkan kartu kredit.

Sementara, Presiden Direktur Visa Worldwide Indonesia, Ellyana Fuad, enggan menanggapi rencana bank lokal membentuk prinsipal kartu kredit. Ellyana juga enggan membeberkan pertumbuhan dan jumlah kartu kredit berlogo Visa yang beredar di Indonesia.

Potensi masih besar

Yang jelas, Visa terus berupaya meningkatkan layanan ke para konsumen untuk menjaga kinerja bisnis kartu kredit. Yang terbaru, Visa meluncurkan aplikasi smartphone  bertajuk anggaran wisata.

"Aplikasi ini akan menjadi alat yang berguna bagi masyarakat dalam mengatur keuangan mereka," jelas Ellyana.

Ia menegaskan, tidak mematok target apapun dalam peluncuran aplikasi ini. Yang terpenting, kata dia, masyarakat bisa teredukasi dalam mengatur keuangan secara bertanggung jawab.

Sementara itu, MasterCard memilih menggenjot bisnis kartu debit agar transaksi menggunakan kartu MasterCard secara keseluruhan tetap terjaga. Maklum, selain dibatasi, kepemilikan kartu kredit juga membutuhkan banyak persyaratan. "Siapa pun yang yang mempunyai uang dan memiliki rekening bisa bertransaksi dengan kartu debit,” kata Irni.

Hingga saat ini, MasterCard telah bekerjasama dengan sembilan bank untuk menerbitkan kartu debit Mastercard. Antara lain Bank Rakyat Indonesia (BRI), BNI, CIMB Niaga, Standard Chartered, Danamon, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Panin, dan Bank of China. "Penetrasi MasterCard mencapai 55 persen dari total kartu debit yang beredar,” kata Irni.

Meski pertumbuhan jumlah kartu bakal kian lambat, Steve optimistis, jumlah transaksi kartu kredit tetap meningkat. Sepanjang tahun ini, rata-rata transaksi kartu kredit mencapai Rp 20 triliun per bulan. Ia memperkirakan, transaksi kartu kredit tahun depan akan tumbuh 15 persen. (Issa Almawadi, Adhitya Himawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kontan
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com