Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menggugat Impor Migas

Kompas.com - 06/11/2013, 08:38 WIB


KOMPAS.com -
Begitu defisit transaksi berjalan triwulan II-2013 mencatat rekor 9,8 miliar dollar AS atau 4,4 persen dari produk domestik bruto, pemerintah langsung panik. Maklum, angka defisit ini melonjak dari defisit sebelumnya sekitar 5,8 miliar dollar AS pada triwulan I-2013. Lagi pula ini triwulan yang ketujuh transaksi berjalan mencatat defisit.

Masih segar dalam benak, defisit transaksi berjalan ini membuat nilai rupiah terpuruk. Indeks saham di Bursa Efek Indonesia juga jatuh bebas. Pasokan dollar AS ke cadangan devisa di Bank Indonesia (BI) terus tergerus. Kebijakan bank sentral AS, The Fed, yang berniat mengurangi kebijakan pelonggaran likuiditas (tapering quantitative easing) semakin mendorong kejatuhan nilai rupiah dan saham.

Masih segar juga, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang, antara lain, akan menekan defisit perdagangan dan akhirnya juga defisit transaksi berjalan. Ini sebuah borok bagi daya tahan perekonomian Indonesia. Upaya yang dilakukan, antara lain, menekan impor minyak dan bahan baku minyak dengan mendorong penggunaan biodiesel berbasis minyak sawit mentah (CPO) pengganti produk solar.

Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pekan lalu, nilai transaksi perdagangan Indonesia kembali defisit pada September 2013, yakni 657 juta dollar AS. Padahal, Agustus 2013, neraca perdagangan mencatat surplus 70 juta dollar AS. Defisit perdagangan ini dipicu defisit komoditas migas yang sebesar 1,15 miliar dollar AS. Adapun komoditas nonmigas justru surplus 490 juta dollar AS.

Ekspor migas pada September 2013 sebesar 2,515 miliar dollar AS. Impor migas bulan yang sama mencapai 3,669 miliar dollar AS. Nilai impor September 2013 terhadap Agustus 2013 untuk minyak mentah masih naik 20,88 persen, sementara untuk gas naik 2,67 persen. Adapun hasil atau produk minyak turun 8,87 persen. Hasil minyak seperti Pertamax, avtur, dan solar.

Ada yang menarik karena impor produk minyak menunjukkan tren menurun. Namun, tingginya pertumbuhan impor minyak mentah bulanan jelas harus segera dibenahi. Pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya masyarakat kelas menengah yang, antara lain, terlihat dari angka penjualan kendaraan bermotor yang tinggi, memerlukan impor migas yang tinggi. Hal yang logis, tetapi tak boleh terus ditoleransi.

Soalnya, kebutuhan migas tinggi setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Seharusnya ada koreksi dalam kebutuhan karena harga BBM yang semakin mahal. Jika karena kebutuhan BBM yang bertambah, pemerintah perlu lebih mendorong penggunaan biodiesel. Di tengah permintaan CPO yang turun karena pasar global melesu, impor solar bisa ditekan dengan mengalihkan CPO ke biodiesel.

Pertanyaannya, apakah tekad pemerintah sudah dijalankan? Pemerintah menargetkan porsi biodiesel dalam konsumsi solar naik dari 1,9 persen menjadi 10 persen. Kebijakan ini diharapkan menghemat devisa senilai 2,8 miliar dollar AS. Bisa mengurangi tekanan defisit pada neraca transaksi berjalan. Sejauh ini belum ada informasi kuat pemerintah sudah melakukan tekad ini.

Defisit perdagangan kembali terjadi dan impor migas menjadi salah satu penyebab utama. Bagaimana dengan defisit transaksi berjalan triwulan III-2013? Pengamat memperkirakan masih defisit sekitar 8 miliar dollar AS. Agak membaik dibandingkan 9,8 miliar dollar AS pada triwulan II-2013. Kisah defisit ini tetap saja sebuah sinyal yang buruk bagi pasar.

Tidak bisa lain, upaya mengatasi sinyal buruk ini masih harus dilakukan pemerintah. Beralih ke biodiesel harus ada aksi nyata. Impor produk minyak solar harus ditekan maksimum. Defisit perdagangan dan transaksi berjalan harus diminimalkan. Ini sebuah borok dalam daya tahan ekonomi. (Pieter P Gero)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com