Hal itu disebabkan konsekuensi penambahan KRL adalah pengurangan jarak antarkereta (headway). Saat ini headway kereta api yang melintasi Jabodetabek sekitar 15 menit. "Tapi kalau headway-nya diturunkan jadi 5 menit, yang bermasalah adalah bagi jalan raya," kata Kasi Penataan Direktoras Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, Kementerian Perhubungan, Rosita, di Jakarta, Kamis (21/11/2013).
Artinya, lanjut Rosita, semakin dekat headway, maka pintu perlintasan akan menutup lebih sering. Dengan demikian, antrean kendaraan di jalan raya pada perlintasan sebidang bisa kian panjang. "Ini yang akan kita hindari. Kita akan bekerja sama dengan Pemda DKI untuk meningkatkan perlintasan tak sebidang," lanjut Rosita.
Sebagai informasi, dengan anggaran Rp 62,5 miliar, Pemprov DKI berencana membangun sepuluh jalan, tujuh di antaranya adalah jalan underpass (UP) dan tiga lainnya jalan layang (FO).
Adapun lokasi pembangunan simpang tak sebidang tersebut yaitu:
1. UP Guntur-Cik Ditiro dengan anggaran Rp 7,5 miliar
2. UP Kartini Rp 10 miliar
3. UP Halimun-Madiun Rp 5 miliar
4. UP Industri Rp 5 miliar
5. UP Garuda Rp 5 miliar
6. UP Cendrawasih Rp 10 miliar
7. UP Permata Hijau Rp 5 miliar
Tiga jalan layang yang akan dibangun:
1. FO Gunung Sahari Rp 5 miliar
2. FO Mangga Dua Rp 5 miliar
3. FO Kuningan Selatan Rp 5 miliar
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta Ery Basworo, Rabu (30/1/2013), mengatakan, pembangunan jalan-jalan itu bertujuan untuk meningkatkan keselamatan para pengguna jalan yang melintas di pelintasan rel kereta api.
"Dengan dibangunnya perlintasan tidak sebidang, maka seiring dengan penambahan frekuensi perjalanan KRL tidak akan mengganggu lalu lintas kendaraan bermotor," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.