Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah "Bercerai" dengan Durex, Perusahaan Kondom Ini Ingin Bangkit

Kompas.com - 26/11/2013, 18:50 WIB

CHENNAI, KOMPAS.com - Perusahaan kondom asal India, TTK Group, berambisi untuk kembali menguasai pangsa pasar di negara tersebut, setelah sebelumnya pecah kongsi dengan perusahaan farmasi asal Inggris, Reckitt Benckiser Group pemegang merek Durex.

Chairman TTK Healthcare Ltd Jagannathan menuturkan akibat pecah kongsi, penjualan TTK Group turun drastis.

Untuk itu, perseroan menargetkan bisa mengekspor hingga 1 miliar kondom dalam 2 tahun ke depan, dari saat ini sebanyak 300 juta kondom. Gara-gara pecah kongsi tersebut, saat ini pangsa pasar perseroan di negara terpadat kedua di dunia itu hanya 7 persen, dari sebelumnya 47 persen, saat masih memproduksi kondom Durex dan Kohinoor.

"Untuk itu, kami ingin mencapai pangsa pasar yang sama dengan Durex dan Kohinoor, di mana mereka membutuhkan waktu selama 50 tahun untuk mencapai pangsa pasar sebesar itu,” ujarnya sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Selasa (26/11/2013).

Untuk mencapai target tersebut, perseroan akan beriklan secara besar-besaran. Perusahaan yang berbasis di Chennai itu juga ingin mengembalikan keuntungan perusahaan, setelah kehilangan hak menggunakan merek Durex milik Reckitt’s.

Lepasnya merek tersebut sekaligus juga membuat pangsa pasar ekspor perseroan, seperti ke Inggris, Timur Tengah, Australia, Russia, dan tentunya di India sendiri, di mana penggunaan alat kontrasepsi meningkat tajam.

Khusus untuk pangsa pasar India, di mana penjualan kondom mencapai 1,8 miliar unit per tahun, produk yang dikembangkan TTK Healthcare, Skore juga berhadapan dengan kompetitor lokal seperti Manforce dan Kama Sutra.

Manforce diproduksi oleh Mankind Pharma Ltd dan sejauh ini mengontrol pangsa pasar sekitar 28 persen. Sementara itu, merek Kama Sutra dibuat oleh Raymond Ltd. dan menguasai 17 persen pasar India.

Pendapatan TTK dari bisnis kondom diperkirakan turun 60 persen menjadi 200 juta rupees pada akhir Maret 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com