Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perekonomian Indonesia 2014 Diprediksi Lebih Baik

Kompas.com - 27/11/2013, 10:33 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian Indonesia di tahun 2014 diprediksi lebih baik dibanding tahun ini. Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM, A Tony Prasetiantono mengungkapkan ada dua faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, eksternal dan internal.

"Proyeksi saya pertumbuhan ekonomi tahun depan lebih baik. Saya surprise dengan ramalan Bank Dunia dan IMF yang meramal kita di level rendah. Menurut saya kita masih di kepala 5 ke atas," kata Tony ditemui di sela-sela gelaran Kompas 100 CEO Forum, di Jakarta, Rabu (26/11/2013).

Sebagaimana diberitakan, Bank Dunia memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 hanya 5,6 persen dan tahun depan (2014) 5,4 persen. Sementara IMF meramal, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen (2013) dan 5,5 persen (2014). Namun, Tony menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan bisa menyentuh level 6.

Ia mengatakan demikian, melihat ramalan IMF dan Bank Dunia sendiri yang meramalkan kondisi ekonomi global pulih dan lebih baik. Menurutnya, agak aneh ketika kondisi ekonomi global diprediksi membaik, di sisi lain pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal turun.

"Kondisi ekonomi global lebih baik, karena pertama, pertumbuhan ekonomi Amerika diprediksi 2,6 persen, yang tahun ini hanya 1,7 persen," lanjut dia.

Selain itu, kondisi global juga didorong pertumbuhan ekonomi China yang diperkirakan tembus 8 persen. China kata dia, diprediksi tetap kebanjiran investasi meski telah berupaya mengerem petumbuhan.

"Jadi, kalau China dan AS baik, maka seluruh dunia terdorong. Karena keduanya, dua ekonomi besar dunia dengan PDB AS 16 triliun dollar AS, dan PDB China 8,5 triliun dollar AS," ujarnya.

Dari faktor internal ia menyebut, besar kemungkinan tak ada kenaikan BBM di tahun depan. Pertimbangannya, kata dia, sangat politis. Pemerintah tak akan berani menaikkan harga BBM.

Dengan demikian, diperkirakan inflasi tahun depan bisa turun menjadi 5,5 - 5,6 persen, jauh lebih rendah dibanding tahun ini yang proyeksinya hingga akhir Desember mencapai 8,7 persen. "Pemilu kita tahun depan juga tidak akan ricuh. Karena ini benar-benar yang ditunggu masyarakat. Masyarakat sudah pingin ganti pemimpin, sudah lelah dengan yang sekarang ini. Jika pemimpin yang dihasilkan bagus, ini menjadi sentimen positif bagi perekonomian," katanya.

Selain itu, faktor internal lainnya adalah bagusnya kondisi perbankan. Menurutnya tidak ada alasan bagi perbankan untuk tidak bisa lakukan ekspansi. Melihat NPL yang cukup terjaga di bawah 3 persen, dan CAR di level 18 persen.

"Ada satu ramalan yang mendekati ramalan saya yaitu dari ADB, 5,7 persen. Saya perkirakan pertumbuhan ekonomi paling jelek 5,8 persen. Kalau enggak naik setidaknya lebih tinggi dari perkiraan Bank Dunia dan IMF," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com