"Sebagai Menteri Perdagangan, Pak Gita ini kena getahnya saja," kata Dahlan dalam Seminar Dewan Guru Besar Universitas Indonesia dengan tema "Indonesia Menjawab Tantangan: Kepemimpinan Menjadi Bangsa Pemenang" di Kampus UI Salemba, Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Menurut Dahlan, masalah yang menyebabkan impor bukan terletak pada sistem perdagangan melainkan minimnya persediaan. Minimnya persediaan itu, kata Dahlan, juga berkaitan dengan infrastruktur.
Ia mencontohkan impor daging sapi sebesar 2 juta ton tiap tahun karena tidak berimbangnya antara persediaan sapi yang ada dengan permintaan masyarakat akan daging sapi. Karena alasan itulah, Dahlan melalui salah satu BUMN, mengakuisisi lahan di Australia untuk peternakan sapi.
Menurutnya, pengembangbiakan (breeding) anak sapi di Australia jauh lebih murah daripada di Indonesia. Hal ini, katanya, disebabkan industri peternakan sapi di Indonesia masih berskala rumah tangga.
"Kita beli peternakan sapi untuk menganakkan sapi saja. Setelah itu kita bawa ke Indonesia karena biaya penggemukkan sapi di sini lebih murah daripada di Australia," katanya.
Di tempat yang sama, Gita mengakui sebagai Menteri Perdagangan, dirinya sering disalahkan dalam kebijakan impor. Padahal, yang dilakukannya untuk menciptakan stabilitas harga.
"Tapi saya dibilang neolib. Dibilang liberal," katanya.
Gita yang juga menjadi salah satu peserta konvensi Partai Demokrat mengatakan populasi sapi di Indonesia tidak lebih dari 14 juta. Secara teori populasi, kata Gita, hanya 15 persen dari populasi sapi yang boleh dipotong untuk menjaga populasi sapi.
"Kalau 15 persen itu sekitar 2 juta (sapi yang boleh dipotong). Sementara konsumsi masyarakat 4 juta (sapi). Darimana kita dapatkan 2 juta itu?," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.