"Daya tarik Indonesia tahun ini sangat besar sehingga banyak sekali. Tahun depan mungkin akan berubah tapi mungkin saja tetap di peringkat pertama terus menerus selama tiga tahun kalau situasi kondisi Indonesia memang menarik investor asing seperti sekarang," ujar Shinji Ayuha, peneliti angket Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Tribunnews.com, Selasa (3/12/2013).
Dalam 10 tahun mendatang diperkirakan Indonesia masih duduk di peringkat ketiga. Peringkat pertama akan diduduki India dan di peringkat kedua adalah China.
"Potensi pasar sangat besar karena jumlah penduduk besar sehingga diperkirakan dua negara itu berada di puncak investasi perusahaan Jepang di masa depan. Tetapi itu baru perkiraan saja belum pasti demikian nantinya akan berubah dari tahun ke tahun," tambahnya lagi.
Industri mobil, industri listrik, industri elektronik tampaknya sangat mendominasi perusahaan Jepang terkait yang berinvestasi ke Indonesia.
Tanggal 29 November lalu JBIC mengumumkan hasil survei tren bisnis operasi luar negeri perusahaan Jepang, termasuk manufaktur. Dari 992 perusahaan perusahaan yang disurvei, 625 memberikan jawaban valid.
Hasil survei menunjukkan target perusahaan ke luar negeri saat ini sangat kuat sekali ke Indonesia, lalu India, Thailand dan China di peringkat ke-4.
Daya tarik Indonesia karena dianggap biaya tenaga kerja masih relatif rendah, risiko usaha relatif kecil dibandingkan China saat ini yang sedang "bertengkar" dengan Jepang, terutama mengenai kasus kepulauan Sengkaku. Potensi pertumbuhan pasar di Indonesia dianggap sangat baik pula.
Perusahaan Jepang sekitar 40 persen sudah menarik diri dari China karena negara tersebut memiliki risiko usaha besar saat ini, di samping biaya tenaga kerja yang sudah mahal.
Selain Indonesia dan Thailand dari Asean, negara Asean lain juga jadi target perusahaan Jepang yaitu Vietnam di peringkat ke-5, Myanmar (8), Filipina (11), Malaysia (12), Singapura (16), Kamboja (17) dan Laos di peringkat ke-20. (Richard Susilo)