Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larangan Ekspor Mineral

Kompas.com - 05/12/2013, 08:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menolak usulan Kamar Dagang dan Industri Indonesia yang menginginkan pengguguran larangan ekspor mineral mentah. Larangan tetap harus dijalankan per 12 Januari 2014 sebagaimana diamanatkan undang-undang.

Hatta di Jakarta, Rabu (4/12), kepada wartawan menegaskan, reformasi struktural di bidang industri harus konsisten dijalankan. Hal itu tidak sebatas menekan defisit transaksi berjalan, tetapi juga menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Salah satunya adalah yang berkaitan dengan Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Ketentuan itu mengamanatkan agar industri pertambangan mulai melakukan pemurnian dan pengolahan atas mineral mentah per 12 Januari 2014. Dengan kata lain, pemegang izin usaha pertambangan dan pemegang kontrak karya yang sudah berproduksi dilarang mengekspor mineral mentah (ore) per 12 Januari 2014.

Oleh karena itu, Hatta menentang usulan Kadin Indonesia yang menginginkan batasan larangan ekspor mineral mentah diundur sampai tiga tahun lagi. Alasannya, tidak ada jaminan setelah tiga tahun pengusaha akan membangun industri pemurnian dan pengolahan di dalam negeri. Hal yang pasti adalah selama tiga tahun akan banyak sumber daya alam Indonesia yang dikeruk dan dikirim ke luar negeri.

”Itu pandangan saya. Masih berbeda pandangan. Kadin berbeda, ini berbeda. Namun, saya sebagai ketua tim renegosiasi, saya enggak mau mundur. Kecuali yang sudah punya smelter, seperti Freeport dan Newmont. Mereka tinggal ekspansi. Namun, kalau sekadar taruh duit 5 persen, saya masih ragu. Dulu ke mana saja,” kata Hatta.
Pil pahit

Hatta menyadari jika larangan ekspor diterapkan, negara akan kehilangan devisa lumayan besar. Namun, reformasi struktural di bidang industri tak bisa ditunda lagi. Selain itu, konsistensi pemerintah juga akan dihargai investor. ”Sekali-kali kita menelan pil pahit dulu,” ujarnya.

Saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sedang menyiapkan peraturan pemerintah sebagai turunan UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Salah
satu pemikirannya adalah bagi yang sudah menunjukkan keseriusan membangun industri pemurnian dan pengolahan di dalam negeri, masih diperbolehkan ekspor.

Sementara itu, Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian Faiz Achmad, Rabu (4/12), mengatakan, pelaku industri makanan dan minuman mengharapkan kestabilan nilai rupiah. Ketergantungan terhadap bahan baku impor membuat mereka mengharapkan nilai rupiah tidak kian melemah atas dollar AS.

Faiz mengatakan, meski tertolong dengan cenderung stabilnya harga bahan baku, melemahnya kurs berpengaruh terhadap tergerusnya profit. Dari catatan Kemenperin, impor gandum mencapai 6 juta ton, gula 3,5 juta ton, kedelai 1,5 juta-2 juta ton, dan daging 20.000 ton-25.000 ton. (LAS/CAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com