Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melirik Potensi Pasar Madu Hutan Kapuas Hulu

Kompas.com - 09/12/2013, 19:25 WIB
Kontributor Singkawang, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis


KAPUAS HULU, KOMPAS.com
- Kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan Barat merupakan salah satu penghasil madu hutan yang potensial untuk bisa dikembangkan. Tak kurang dari 80 hingga 100 ton madu hutan murni yang diproduksi tiap tahunnya jika musim panen raya dari kawasan ini.

Di Kapuas Hulu, sedikitnya ada sekitar 60 periau atau kelompok petani madu hutan yang berbasis kampung atau dusun yang wilayahnya tersebar di seluruh Kapuas Hulu, terutama di sepanjang sungai Kapuas dan danau-danau yang berada di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum.

Para periau tersebut tergabung dalam wadah Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS), yang tujuan utamanya meningkatkan pendapatan masyarakat petani madu hutan, namun tetap memperhatikan beberapa aspek penting yaitu produksi, pemasaran, pengorganisasian, dan lingkungan.

Kondisi tersebut terungkap dalam lokakarya Madu Hutan Kapuas Hulu 2013 yang diselenggarakan di Lanjak, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalbar, Senin (9 /12/2013), yang dihadiri oleh perwakilan periau, Pemerintah Kabupaten, Balai Taman Nasional, LSM, dan pelaku usaha yang tertarik dengan madu hutan di Kapuas Hulu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu, Alexander Rombonang menyebutkan madu hutan merupakan salah satu potensi yang harus dioptimalkan, sehingga bisa memperkuat pemasaran baik itu tingkat lokal, nasional, hingga Internasional.

"Sebenarnya kita punya banyak peluang di setiap daerah. Konsep 'Back to Nature' sudah melanda dunia, jadi segala sesuatu nya kembali kepada alam. Untuk mempertahankan potensi yg dimiliki, paling tidak terkait dengan pelesatrian lingkungan dan alam," ujar Alexander, Senin (9/12/2013).

Alexander menambahkan, jika lingkungan rusak, tentu akan sangat berpengaruh, karena akan mengurangi populasi lebah madu, yang juga akan mengurangi potensi produksi madu hutan dikawasan tersebut.

Lebih jauh dirinya berharap, madu hutan asal Kapuas Hulu bisa menjadi salah satu yang diminati bahkan dicari. Tidak hanya di tingkat lokal, tapi Indonesia, bahkan tingkat dunia.

"Pengalaman dari tempat lain, bisa menjadi pelajaran di tempat kita. Kemudian teknik pengolahan harus di tingkatkan. Kemasan juga harus di tingkatkan. Perlu dilakukan upaya pengembangan produk pasca panen", ujarnya.

Sementara itu, presiden APDS, Basriwadi memaparkan, kelompok periau yang tergabung dalam APDS sejauh ini masih menjual hasil produksi madu hutan dalam bentuk curah. Masalah utama yang menjadi kendala adalah modal kerja, karena untuk membeli produk madu olahan dari periau, APDS harus membeli secara tunai kepada petani.

"Kami berharap mendapat dukungan dari semua pihak dan bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga kawasan hutan TNDS, serta menjadi sentra madu hutan di Kapuas Hulu di tingkat nasional maupun internasional" ujar Basriwadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com