Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usulan Penambahan PMA Dinilai Sebagai Sinyal Negatif

Kompas.com - 18/12/2013, 17:21 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini menilai usulan Bank Dunia untuk menambah penanaman modal asing (PMA) ke Indonesia merupakan sebuah sinyal negatif.

"Boleh saja PMA masuk ke Indonesia, tapi kita juga lihat, jangan kemudian asal datang kemudian masuk ke sektor strategis tanpa diarahkan. Nanti jadi bumerang dong, seperti di perbankan dan BUMN. Itu Bank Dunia memakai cara yang paling gampang saja," kata Hendri di Gedung SMESCO, Rabu (18/12/2013).

Hendri mengakui penambahan jumlah PMA yang masuk ke Indonesia akan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan. Ini karena banyak investasi besar yang masuk, sehingga dapat mengurangi defisit transaski berjalan.

Meskipun demikian, kata dia, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mendatangkan PMA tersebut.

"Kemarin pemerintah akan koreksi menggunakan data DNI (Daftar Negatif Investasi), artinya mau ke sektor apapun diperbolehkan asal dana asing masuk untuk memperkuat cadangan devisa kita, karena sekarang cadangan devisa kita hanya 9,7 miliar dollar AS," ungkap Hendri.

Lebih lanjut Hendri mengatakan seharusnya dana asing dibuatkan kanal tersendiri untuk ditempatkan melalui sektor-sektor strategis. Walaupun begitu, ia tak yakin cara ini akan berhasil karena tak jelasnya kebijakan investasi di Tanah Air.

"Ini kan tidak punya strategi dan kebijakan investasi kita selama ini tidak ada jalannya. Mau di hulu atau di hilir tidak masalah, sekarang tidak jelas hulu dan hilirnya kemudian kita punya ketergantungan impor," tegasnya.

Seperti diberitakan, Bank Dunia menyatakan pada kenyataannya diperlukan lebih banyak PMA. Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop sebelumnya memandang permasalahan dalam defisit neraca transaksi berjalan sebagian disebabkan masalah keuangan.

Bila PMA meningkat, kata dia, Indonesia tak perlu khawatir dengan permasalahan keuangan global. "Bila PMA naik paling tidak 2 kali lipat, maka tidak ada yang khawatir (dengan) tapering karena kita punya cadangan (keuangan) yang cukup untuk meng-cover defisit neraca transaksi berjalan," kata Diop beberapa waktu lalu di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com