Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Berpotensi Diserbu Gula Impor Murah

Kompas.com - 23/12/2013, 13:49 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Bila industri gula nasional tidak bisa bersaing dari sisi produksi dan harga, maka bukan mustahil Indonesia akan diserbu gula impor dan rafinasi asal negara-negara tetangga dengan harga yang relatif jauh lebih murah.

Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Ismed Hasan Putro mengatakan, tahun 2015 bisa jadi merupakan kematian industri gula nasional. Ini akibat merembesnya gula rafinasi ke pasar-pasar tradisional yang membuat harga gula turun drastis.

"Tahun ini awal kematian industri gula tebu BUMN. Salah satunya karena tidak efisiennya produksi karena pabriknya sudah tua, dari zaman Belanda. Di Kupang misalnya, harga gula tebu Rp 5.000. Itu dari Australia yang masuk lewat Timor Leste. Kontrol perbatasan tidak terjaga dengan baik," kata Ismed dalam konferensi pers di kantor pusat PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Senin (23/12/2013).

Ismed menekankan bahwa pada 2015, Indonesia akan dihadapkan pada masyarakat ekonomi ASEAN, dengan kondisi bahwa berbagai macam produk dapat leluasa masuk ke pasar. Ini tak terkecuali gula impor dengan harga yang jauh lebih murah.

"Pada 2015 akan ada ASEAN Free Trade. Harga gula di Cape Town dan Thailand HPP-nya Rp 3.500 sampai Rp 4.000. Di Indonesia BUMN minimal Rp 6.000 sampai Rp 8.000 HPP-nya. Bagaimana bisa bersaing dengan gula dari Vietnam atau Thailand nanti?" ujar dia.

Kuota gula rafinasi saat ini, kata Ismed, tampaknya tidak ada batasnya hingga bisa merembes ke pasar ritel. Keadaan ini menurutnya membuat berbagai regulasi terkait gula tidak berguna akibat minimnya pencegahan gula rafinasi.

"Kuota gula rafinasi seperti tidak terbatas, bahkan sampai ke pasar dan rumah tangga, padahal harusnya buat industri makanan dan minuman. Berbagai regulasi jadi nothing ketika tidak ada pencegahan itu (gula rafinasi) beredar. Perlindungan terhadap industri gula sangat minim, bahkan tidak ada," tekannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com