Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembang Rumah Murah Terpengaruh Kondisi Ekonomi

Kompas.com - 20/01/2014, 13:14 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi perekonomian global dan domestik tidak hanya berpengaruh ke sektor keuangan, namun juga ke sektor properti. Para pengembang rumah murah pun merasakan imbas dari kondisi ekonomi, seperti dampak kenaikan BBM dan pelemahan rupiah.

Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Eddy Ganefo mengatakan para anggotanya sebagian besar merupakan pengembang rumah murah. Kondisi ekonomi tahun 2013 yang cenderung tidak stabil membuat para pengembang rumah murah terkena berbagai dampak.

"Anggota kami lebih banyak membangun rumah murah dan menengah. Setiap tahun membangun 60.000 hingga 80.000 unit di seluruh Indonesia. Situasi ekonomi memang agak galau, tapi kami yakin 2014 adalah tahun kesempatan bagi kamu untuk membangun rumah murah naik menjadi 100.000 unit," kata Eddy di Jakarta, Senin (20/1/2014).

Eddy memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, backlog (pesanan) perumahan mencapai 13,6 juta unit. Adapun kebutuhan rumah per tahun 700.000 unit, sementara kemampuan industri dalam membangun rumah mencapai 300.000 unit.

"Backlog rumah per tahun mencapai 400.000 unit, backlog saat ini 15 juta unit rumah. Dari data tersebut terlihat begitu besar permintaan perumahan, apalagi perumahan murah untuk masyarakat bawah," ujar dia.

Kenaikan harga BBM, kata Eddy, membuat pengembang rumah murah terpukul. Kondisi ini membuat harga penjualan rumah murah diintervensi pemerintah. Selain itu, kenaikan harga BBM otomatis membuat biaya produksi rumah melonjak.

"Harga BBM naik berpengaruh ke supply. Harga material rumah naik, otomatis biaya produksi rumah naik. Marjin penjualan kami tergerus oleh biaya produksi yang tinggi. Kami dilema dari sisi supply maupun demand," ujarnya.

Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah pun berpengaruh terhadap biaya produksi rumah. "Pelemahan rupiah tentu saja membuat harga material naik. Ini juga pengaruh ke biaya produksi rumah. Apalagi rumah murah, harganya bisa naik," kata Eddy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com