"Kita melihat ada revolusi shale gas di AS, akan sulit berharap antara 12 hingga 18 bulan ke depan harga minyak bumi akan naik. Sulit berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang pertumbuhan ekspor," kata - Managing Director & Senior Economist Bank Standard Chartered Indonesia Fauzi Ichsan di Hotel JW Marriott, Senin (27/1/2014).
Lebih lanjut, Fauzi menekankan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia masih lebar. Oleh karenanya, kebijakan impor harus dikurangi dengan cara menaikkan suku bunga.
"Kita tidak melihat ada kenaikan BBM yang bisa mengurangi impor. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sulit mencapai 6 persen. Kita beruntung masih ada stimulus pemilu," ujar dia.
Adanya Pemilu diakui Fauzi dapat menyumbang 0,2 hingga 0,3 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Stimulus pemilu menurutnya lebih kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Masalahnya adalah defisit transaksi berjalan. Dengan ekspektasi harga komoditas tidak akan pulih, maka defisit akan terus bengkak dan rupiah bisa terus terpuruk. Bagaimana defisit transaksi berjalan bisa terkendali? Maka impor harus diturunkan, caranya pertumbuhan ekonomi diturunkan," jelasnya.
Fauzi menyatakan kebijakan ekonomi Indonesia 2 hingga 3 tahun ke deoan akan bergantung pada defisit transaksi berjalan. Pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 mencapai 5,8 persen, sementara tahun 2015 akan mencapai 6 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.