Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maskapai "Flag Carrier" Negara Lain juga Hadapi Kesulitan Keuangan

Kompas.com - 08/02/2014, 19:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak hanya PT Merpati Nusantara Airlines yang menghadapi masalah keuangan. Maskapai pelat merah negara lainnya juga mengalami kondisi yang kurang lebih sama dengan yang dihadapi BUMN ini.

Merpati hanyalah satu perusahaan penerbangan, di antara banyak maskapai flag carrier berbagai negara yang mengalami kesulitan keuangan.

Namun yang membedakan, sebagian besar pemerintah di negara lain tak tanggung-tanggung dalam memberikan dukungan, ketika maskapai yang dimilikinya mengalami masalah keuangan.

Berikut adalah sejumlah maskapai penerbangan milik negara lain yang pernah dan sedang menghadapi masalah keuangan sebagaimana yang dihadapi Merpati.

Japan Airlines (JAL)
Maskapai yang sebagian sahamnya dimiliki Pemerintah Jepang ini beberapa waktu lalu mengalami kesulitan keuangan. Namun, setelah perdebatan panjang, pemerintah negara tersebut menyuntikkan dana sebesar 3,54 miliar dollar AS atau hampir Rp 40 triliun pada 2012 guna menopang operasional JAL.

Terakhir dilaporkan, kinerja keuangan JAL telah membaik dan mulai mencatatkan keuntungan, meskipun masih tipis.

China Eastern Airlines
Maskapai milik Pemerintah China ini mengalami masalah keuangan saat mengalami kerugian yang sangat besar pada 2009. Hal itu terjadi saat krisis global pada tahun 2008. Hingga 2010, total modal yang telah disuntikkan untuk maskapai ini mencapai 2 miliar dollar AS.

Hingga akhir September 2013, China Eastern berhasil membukukan laba bersih 463 juta dollar AS atau sekitar Rp 5 triliun.

Maskapai milik Pemerintah India ini mengalami nasib yang serupa dengan maskapai lain yang mengalami kesulitan keuangan. Memburuknya kinerja keuangan perusahaan penerbangan ini juga terkait dengan krisis global, yang cukup mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Akhirnya, pada 2012, New Delhi memutuskan menyuntik modal maskapai ini sebesar 4,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 57 triliun.

TRIBUNNEWS/DANY PERMANA Pesawat Malaysia Airlines mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (26/5/2013).

Malaysia Airlines

Perusahaan penerbangan negeri jiran ini sempat menghadapi turbulensi keuangan. Namun, perseroan memilih melakukan pencarian dana ke pasar melalui penerbitan saham baru (rights issue) guna meraup dana sebesar sekitar 1 miliar dollar AS (atau kurang lebih Rp 12 triliun).

Selain untuk memperkuat modal, Malaysia Airlines juga menggunakan dana tersebut untuk menambah armada.

Thai Airways
Maskapai ini pada 2010 mengajukan permintaan suntikan modal kepada Pemerintah Thailand sekitar 800 juta dollar AS. Namun hingga saat ini, kondisi keuangan perusahaan penerbangan ini belum sepenuhnya membaik.

Qantas
Maskapai Australia ini pada saat sekarang menghadapi kesulitan keuangan, setelah mencatatkan rugi yang cukup besar, yaitu Rp 3,2 triliun. Langkah yang diambil manajemen untuk menyelamatkan perusahaan adalah dengan memangkas karyawan.

Namun pada saat yang sama, maskapai ini menuding Pemerintah Australia abai terhadap pasar industri penerbangan, karena membiarkan pasar industri ini dikuasai asing.

Alitalia
Perusahaan penerbangan milik Italia ini sedang menghadapi masalah keuangan. Opsi yang ditempuh untuk menyelamatkan perusahaan ini adalah menjual kepada investor. Tercatat, maskapai Abu Dhabi, Etihad Airways telah serius berminat membeli perusahaan penerbangan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com