Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/02/2014, 21:23 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis


MANADO, KOMPAS.com - Meski di tengah badai kebangkrutan, maskapai nasional Merpati Airlines terus mendapat dukungan pemerintah. Alasannya, raja rute pendek ini dianggap telah banyak berjasa bagi negara.
 
"Merpati harus tetap eksis karena merpati adalah satu-satunya airlines nasional yang banyak berkorban. Jadi pejuang sejak kita belum maju sama sekali, terutama untuk wilayah Indonesia Timur," jelas Menteri Perhubungan, EE Mangindaan di Manado, Sabtu (15/2/2014).
 
Dia mengatakan, dulunya rute-rute pendek yang secara bisnis tidak menguntungkan, ditolak oleh maskapai-maskapai lain. Namun perusahaan BUMN ini bersedia "berkorban" melayani rute-rute domestik tersebut yang kemudian membuatnya dijuluki raja perintis.
 
"Sekarang dia bangkrut sebagai akibat dia berkorban banyak, masa kita nggak bantu," ujar Mangindaan.
 
Ia mengakui bahwa utang sebesar Rp 7,3 triliun bukan hal yang mudah untuk diselesaikan. Namun pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah melakukan upaya mengatasi permasalahan dengan anak perusahaan.
 
"Istilahnya kita bikin ada anak perusahaan satu yang memang positif bagus. Dia yang back up sekarang Merpati," lanjut Mangindaan.
 
Langkah lain yang ditempuh, menurut dia, yaitu membuka line penerbangan umroh ke Jeddah. "Sehingga sekali jalan penuh. Dengan demikian break event point-nya cepat," kata dia.
 
Namun proses yang akan ditempuh tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mencari mitra bagi Merpati tidaklah mudah, karena harus melewati berbagai persyaratan-persyaratan.

"Tetapi mencari partner seperti itu tidak mudah. Perjanjiannya harus seperti apa, bayangkan triliunan-triliunan itu. Sedangkan dia masih ngutang," tambahnya.
 
Saat ini, kata Menhub, pemerintah melalui Kemenhub telah membekukan Merpati untuk sementara waktu, namun ia berharap hal tersebut tidak akan berjalan lama.

"Sekarang kita bekukan dulu sementara sambil anak perusahaan ini eksis. Mudah-mudahan 4 bulan sudah bisa bangkit lagi," tutup Mangindaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com