Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/02/2014, 07:17 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - 
Rupiah kembali menyentuh posisi sekitar Rp 11.000 per dollar AS yang sudah ditinggalkan sejak 10 Desember 2013. Tren penguatan nilai tukar rupiah itu diduga akibat data domestik yang membaik, di antaranya menipisnya defisit transaksi berjalan.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah mulai meninggalkan posisi sekitar Rp 12.000 pada Jumat (14/2/2014) menjadi Rp 11.886 per dollar AS. Senin (17/2/2014), rupiah menyentuh posisi Rp 11.716 per dollar AS, tetapi melemah lagi pada Selasa (18/2/2014) menjadi Rp 11.826 per dollar AS.

Kamis pekan lalu, Bank Indonesia (BI) mengadakan Rapat Dewan Gubernur BI yang memutuskan BI Rate dipertahankan pada posisi 7,5 persen. Dalam jumpa pers, BI juga menyampaikan bahwa transaksi berjalan membaik signifikan.

Sebagaimana tercantum dalam neraca pembayaran Indonesia yang dirilis pada Jumat lalu, defisit transaksi berjalan yang pada triwulan III-2013 sebesar 3,8 persen produk domestik bruto (PDB) berkurang menjadi 1,98 persen PDB pada triwulan IV-2014.

Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, berharap menguatnya nilai rupiah itu kontinu. Pasalnya, defisit transaksi berjalan juga diprediksi terus menipis.

”Akan tetapi, masih ada tekanan sentimen dari Amerika Serikat sehingga penguatan rupiah masih bisa tertahan juga,” kata Andry yang dihubungi di Solo, Jawa Tengah, kemarin. Sentimen dari AS itu berupa pengurangan stimulus moneter dan kemungkinan naiknya suku bunga obligasi.

Bank Mandiri memperkirakan, nilai tukar rupiah akan mencapai Rp 11.400 per dollar AS pada akhir tahun 2014. Namun, rupiah akan melemah lebih dulu pada triwulan III-2014 menjadi Rp 12.400 per dollar AS.

Kemarin, rupiah yang diperdagangkan pada kisaran Rp 11.793-Rp 11.888 per dollar AS ditutup pada Rp 11.844 per dollar AS. Posisi itu menguat 3 persen sejak awal Februari 2014 atau 2,7 persen sejak awal tahun 2014.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan, penguatan rupiah beberapa hari terakhir tidak berdampak terhadap pendapatan ekspor. Pasalnya, penguatan terhadap dollar AS tidak hanya dialami rupiah, tetapi juga mata uang regional.

Dalam jumpa pers setelah rapat dewan gubernur pekan lalu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara memaparkan tentang real effective exchange rate (REER) atau indeks nilai tukar rupiah riil efektif. Angka ini dihitung terhadap mata uang negara kawasan atau mitra dagang.

Rata-rata nilai tukar rupiah pada Januari 2014 sebesar Rp 12.075. Indeks REER sebesar 94,2 sehingga daya saing harga ekspor Indonesia relatif tinggi. ”Rupiah jadi kompetitif untuk ekspor,” ujar Mirza.

Kepercayaan meningkat

Sementara itu, survei yang diluncurkan ANZ bekerja sama dengan Roy Morgan, lembaga riset konsumen, industri, dan pasar asal Australia, di Jakarta, Selasa, menunjukkan, tingkat kepercayaan konsumen Indonesia pada Januari 2014 menempati posisi 151,5 poin atau naik 0,5 poin dari bulan sebelumnya. Peningkatan kepercayaan konsumen itu didasari pada persepsi bahwa perekonomian Indonesia akan terus membaik selama lima tahun mendatang.

Kepala Ekonom ANZ Asia Pasifik Glenn Maguire menjelaskan, tingkat kepercayaan konsumen meningkat karena Indonesia terhindar dari sentimen negatif tapering bank sentral AS, The Fed. ”Hasil indeks juga menunjukkan, semakin banyak responden yang percaya bahwa kondisi finansial mereka dan pandangan terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka panjang semakin membaik,” kata Glenn. (IDR/AHA)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com