Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK Longgarkan Aturan Kredit Bagi Pelaku Usaha di Jawa Tengah

Kompas.com - 19/02/2014, 20:12 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com – Bencana yang melanja di sejumlah wilayah di Jawa Tengah mengakibatkan perekonomian warga di wilayah tersebut lumpuh.

Atas hal ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wilayah Jawa Tengah dan DIY berencana mengeluarkan Peraturan OJK yang memungkinkan pelaku usaha yang merugi kembali menerima kredit baru. Dalam waktu dekat, aturan tersebut akan dikeluarkan.  

“Kami sudah laporkan ke OJK Pusat, kami harap bisa relaksasi kredit. Kalau usaha warga lancar bisa memperoleh kredit baru. Kalau ada kredit bermasalah, tapi orangnya masih hidup dan usahanya masih ada dan berminat menerima kredit akan dianggap lancar. Mereka bisa menerima kredit baru,” kata Kepala OJK Regional 4 Jateng dan DIY, Y Santoso Wibowo, di Semarang, Selasa (19/2/2014).

Menurut Santoso, OJK telah melakukan pendataan dampak langsung dan tidak pada korban banjir. Dalam hitungannya, pada bulan Desember 2013, potensi kena dampak banjir adalah Rp 365,75 Miliar dari total 1346 rekening nasabah.

Potensi kerugian terbesar pada kredit tersebut ada pada sektor perdagangan dan jasa sebesar Rp 129,28 miliar, sektor perikanan Rp 99,13 miliar, sektor perikanan Rp 71,90 Miliar.

Sementara itu, jika dihitung dari kerugian dari perbankan, total kredit macet sampai Jum’at (14/2/2014) lalu sebesar Rp 366 Miliar. Rinciannya, Bank Mandiri Rp 35 miliar, Bank Negara Indonesia (BNI) RP 5,5 miliar, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Rp 112 miliar, Bank Central Asia (BCA) Rp 5,5 miliar dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengah Rp 92,4 miliar.

"Kami juga akan lihat angkanya, seberapa baik bank itu untuk bisa memberikan relaksasi kepada kreditor korban banjir,” sambung Dia.

Selain pemetaan pada potensi kredit macet di kawasan banjir, OJK juga menyisir industri yang tak langsung terkena banjir. Industri yang berada di Semarang juga kemungkinan bisa terkena kredit macet karena pasokan barangnya tidak ada.

“Dampak langsung mudah diketahui, tapi yang tidak langsung itu sulit. Soal total lost usaha yang merugi, kalau korban bencana tidak mau akan disepakati penylesaian kredit dengan pemberian dana dari CSR dari bank-bank,” cetusnya.

Kepala Divisi Akses Keuangan dan UMKM Kantor BI Jawa Tengah, Putra Nusantara mengatakan banjir menyebabkan berkurangnya pertumbuhan ekonomi dan adanya inflasi. Ketahanan pangan di daerah terkena banjir seperti Demak, Kudus, Jepara, Pati akan mempengaruhi tersedianya produksi padi.

“Total memang tidak banyak sekira 7,32 persen. Pemerintah akan mengupayakan pemulihan kembali. Musim panen diperkirakan bergeser pada bulan Maret-April 2014. Secara umum, kerugian tidak terlalu besar, 0,01 dari perekonomian Jawa Tengah,” ujar Putra.

Di Jawa Tengah, tercatat ada 287 kejadian bencana, yang terdiri dari 90 angin kencang, 82 longsor dan 72 akibat bajir. “Korban meninggal ada 27 orang. Sekarang ini, masih ada pengungsi 1700an. Sebagian besar pengungsi ibu-ibu dan anak-anak, suaminya pada kerja di Jakarta,” tukas Gembong P Nugroho, Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jawa Tengah ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com